ISLAMTODAY ID-Taliban telah meminta pembebasan aset senilai USD 9,5 miliar saat Afghanistan bergulat dengan ekonomi yang runtuh, tetapi AS mengatakan tindakan harus didahulukan sebelum dana.
Amerika Serikat telah menolak seruan Taliban untuk melepaskan aset Afghanistan yang dibekukan setelah pengambilalihan dengan mengatakan pemerintah baru di Kabul harus “mendapatkan” legitimasi terlebih dahulu.
Sementara itu, Thomas West, perwakilan khusus AS untuk Afghanistan, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (19/11) bahwa Washington telah lama menjelaskan bahwa jika Taliban mengklaim kekuasaan dengan kekuatan militer daripada bernegosiasi dengan pemerintah yang didukung AS sebelumnya, bantuan non-kemanusiaan yang penting itu akan terputus.
“Itulah yang terjadi,” ujar West, seperti dilansir dari TRTWorld, Sabtu (20/11).
“Legitimasi & dukungan harus diperoleh dengan tindakan untuk mengatasi terorisme, membentuk pemerintahan yang inklusif, & menghormati hak-hak minoritas, perempuan & anak perempuan – termasuk akses yang sama ke pendidikan & pekerjaan,” ungkapnya.
Selain itu, West mengatakan bahwa Afghanistan sudah dalam kesulitan ekonomi dan kemanusiaan yang mengerikan sebelum pengambilalihan Taliban yang disebabkan karena perang bertahun-tahun, kekeringan dan pandemi Covid-19.
“AS akan terus mendukung rakyat Afghanistan dengan bantuan kemanusiaan,” ungkapnya, seraya mengatakan sebanyak USD 474 juta telah diberikan tahun ini.
Washington juga “melakukan segala upaya untuk membantu PBB & aktor kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan musim dingin ini,” ungkapnya.
“Kami akan melanjutkan diplomasi yang jelas dan jujur dengan Taliban,” tambahnya.
Aset Afghanistan Yang Dibekukan
Dalam sebuah surat terbuka pada hari Rabu (17/11), Taliban meminta Kongres AS untuk melepaskan aset Afghanistan yang dibekukan setelah pengambilalihan negara itu pada bulan Agustus.
Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi mengatakan dalam surat itu bahwa tantangan terbesar yang dihadapi Afghanistan adalah ketidakamanan keuangan.
Lebih lanjut, Ia memperingatkan bahwa gejolak ekonomi di dalam negeri dapat menyebabkan masalah di luar negeri.
Washington menyita hampir USD 9,5 miliar aset milik bank sentral Afghanistan, dan ekonomi yang bergantung pada bantuan telah runtuh secara efektif—dengan pegawai negeri tidak dibayar selama berbulan-bulan dan perbendaharaan tidak mampu membayar impor.
(Resa/TRTWorld)