ISLAMTODAY ID-Penutupan yang lebih ketat, pembatasan, dan operasi militer Israel di Tepi Barat yang diduduki sejak tahun 2000 telah menimbulkan kerugian ekonomi bagi warga Palestina yang diperkirakan mencapai USD 57,7 miliar, ungkap sebuah laporan PBB.
Laporan Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) memeriksa kebijakan Israel setelah pecahnya Intifada Palestina kedua, atau pemberontakan, pada bulan September tahun 2000.
“Kami memperkirakan bahwa sepertiga dari PDB riil, baik diukur secara absolut atau per kapita, telah dihapus sebagai konsekuensi dari mekanisme pendudukan,” ujar Direktur Pembangunan UNCTAD Richard Kozul-Wright pada konferensi pers pada hari Rabu (24/11), seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (25/11).
“Ada kerawanan yang datang dengan kondisi ekonomi makro semacam ini yang terus-menerus direproduksi,” karena biaya pendudukan.
Laporan berjudul “Biaya ekonomi pendudukan Israel untuk rakyat Palestina: Kemiskinan di Tepi Barat 2000–2019,” memperkirakan biayanya setara dengan tiga setengah kali PDB wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 2019.
Hal ini menunjukkan bahwa biaya minimum untuk menghilangkan kemiskinan di Tepi Barat meningkat enam kali lipat antara tahun 1998 dan tahun 2007, dari USD 73 juta menjadi USD 428 juta.
Lonjakan Kemiskinan dan Pembangunan Terhenti
Kemiskinan dan ketidaksetaraan meningkat secara dramatis setelah Intifada kedua, kembali ke tingkat Intifada sebelum kedua hampir dua dekade kemudian.
Laporan tersebut menunjukkan penurunan drastis dalam standar hidup, menunjukkan bahwa orang miskin paling terpukul.
Tanpa operasi Israel di Tepi Barat setelah Intifada kedua, tingkat kemiskinan Tepi Barat pada tahun 2004 akan menjadi 12 persen, sepertiga dari 35 persen yang diamati.
PDB per kapita Tepi Barat pada tahun 2019 akan menjadi 44 persen lebih tinggi dari nilai sebenarnya,USD $4.823 untuk mencapai USD 6.964, ujar UNCTAD.
Pertumbuhan pengangguran selama beberapa dekade memicu kontraksi ekonomi hingga sepertiga dari ukurannya antara tahun 2000 dan 2002 yang mempengaruhi semua sektor ekonomi setidaknya selama 20 tahun, kata laporan itu.
“Bahkan dengan pekerjaan di Israel, ekonomi regional Tepi Barat belum mampu mengurangi atau menstabilkan tingkat pengangguran sejak tahun 1999,” ungkap laporan itu.
“Dengan kata lain, Tepi Barat telah melalui dua dekade pertumbuhan pengangguran dan pembangunan yang terhenti.”
(Resa/TRTWorld)