ISLAMTODAY ID-Perusahaan Perbankan Investasi Credit Suisse memperkirakan ekonomi Venezuela akan melonjak 20% tahun ini.
Ekonomi Venezuela siap untuk tumbuh sebanyak seperlima pada tahun 2022 karena lonjakan produksi minyak mentah memicu rebound yang mencolok untuk PDB negara, yang mengalami penurunan dramatis di tengah sanksi AS, menurut ekonom Credit Suisse Alberto Rojas.
“Ini bukan salah ketik! Jika kami akurat, ini mungkin akan menjadi salah satu angka pertumbuhan terkuat secara global untuk tahun-tahun ini,” ujar Rojas dalam catatan penelitian yang dilihat oleh Bloomberg, seperti dilansir dari RT, Jumat (8/4).
“Namun, kami ingin memperjelas, angka pertumbuhan yang tinggi seharusnya tidak mengejutkan setelah ekonomi Venezuela mencapai titik terendah pada tahun 2020,” catatan yang diterbitkan pada hari Rabu (6/4).
Analis menambahkan bahwa pengumpulan pajak dalam dolar pada tahun 2022 dapat melihat pertumbuhan yang sangat besar lebih dari 40%, sementara impor negara itu dapat meningkat lebih dari 15%.
Sementara itu, Venezuela dilaporkan akan mencatat surplus transaksi berjalan sekitar USD 4 miliar.
Negara ini berhasil menurunkan perkiraan inflasi headline tahunan akhir tahun menjadi 70%, dari proyeksi sebelumnya sebesar 150%.
Ekonomi Republik Bolivarian telah berada di bawah tekanan berat dalam beberapa tahun terakhir, dengan situasi yang sangat memburuk setelah AS menjatuhkan sanksi pada negara itu pada tahun 2019.
Hukuman saat ini menempatkan Venezuela di tempat kelima dalam peringkat global negara-negara yang paling banyak terkena sanksi.
Pada saat itu, AS dan sekutunya mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sah negara itu, menyusul tuduhan kecurangan pemilu.
Washington kemudian memerintahkan pembekuan semua aset pemerintah Venezuela di AS, dan melarang transaksi dengan warga dan perusahaan AS. Inggris bergabung dengan membekukan cadangan emas negara yang disimpan di Bank of England.
Negara ini telah menderita hiperinflasi, yang dilaporkan mencapai 3.000% pada tahun 2020.
Menurut Credit Suisse, krisis terkait Ukraina dapat memicu “komposisi ulang” dalam pasokan minyak mentah global, mendukung langkah-langkah untuk menemukan resolusi ke Krisis Venezuela, dengan Nicolas Maduro diperkirakan akan “menemukan titik temu” dengan Washington.
(Resa/RT)