ISLAMTODAY ID-Rusia mengumumkan pada hari Rabu (4/5) bahwa pihaknya telah “tanpa batas waktu” untuk melarang 63 warga negara Jepang termasuk Perdana Menteri Fumio Kishida memasuki negara itu karena bergabung dengan kampanye anti-Rusia Washington sebagai tanggapan atas perang Ukraina.
Lebih lanjut, dalam daftar yang dilarang masuk adalah Menteri Luar Negeri Yoshimasa Hayashi, Menteri Pertahanan Nobuo Kishi, dan Menteri Keuangan Shunichi Suzuki, serta sejumlah anggota parlemen dan perwira tinggi militer, menurut CNN yang mengutip negara bagian RIA.
Ketegangan diplomatik juga meningkat akhir-akhir ini karena Jepang pada awal bulan lalu menghapus batalion Azov Ukraina dari daftar kelompok teror dan neo-Nazi yang diakui.
Selain itu, Tokyo telah ikut serta dalam kampanye sanksi Barat, yang termasuk memperkenalkan langkah-langkah untuk membekukan aset Presiden Putin dan beberapa anggota keluarganya.
Duta Besar Rusia untuk Jepang Mikhail Galuzin mengatakan pada saat itu bahwa Jepang memprakarsai perubahan status resmi mengenai Azov.
“Saya pikir tindakan yang dilakukan oleh struktur Jepang terkait untuk mengecualikan batalyon nasionalis Azov dari kategori organisasi neo-Nazi berasal dari fakta bahwa Jepang, seperti negara-negara Kelompok Tujuh lainnya, mendukung rezim Kiev dalam semua tindakannya, termasuk yang melawan populasi Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk,” menurut TASS, seperti dilansir dari ZeroHedge, Kamis (5/5).
Langkah baru untuk melarang pejabat tinggi Jepang ini dikatakan sebagai tanggapan terhadap “kampanye anti-Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan: “Administrasi Fumio Kishida meluncurkan kampanye anti-Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya, memungkinkan retorika yang tidak dapat diterima terhadap Federasi Rusia, termasuk fitnah dan ancaman langsung,” seperti dikutip di RIA.
“Ini digaungkan oleh tokoh masyarakat, pakar, dan perwakilan media Jepang, yang sepenuhnya terlibat dalam sikap Barat terhadap negara kita,” lanjut pernyataan itu.
Ketegangan juga meningkat di perairan regional di mana Rusia marah atas rencana latihan angkatan laut AS-Jepang di perairan yang dekat dengan daerah yang diperebutkan dan pulau-pulau yang disengketakan.
(Resa/ZeroHedge)