ISLAMTODAY ID-Dalam penilaian ancaman tahunannya, komunitas intelijen AS mengatakan postur militer yang diperluas oleh India dan China di sepanjang perbatasan yang disengketakan meningkatkan risiko konfrontasi bersenjata antara kedua kekuatan nuklir tersebut.
Hubungan antara India dan China akan “tetap tegang” setelah “bentrokan mematikan” pada tahun 2020, komunitas intelijen AS mengatakan kepada anggota parlemen karena juga menyatakan keprihatinan atas potensi krisis antara India dan Pakistan.
Dalam penilaian ancaman tahunan yang dipresentasikan di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat selama dengar pendapat Kongres pada hari Selasa (10/5), komunitas intelijen AS mengatakan bahwa postur militer yang diperluas oleh India dan China di sepanjang perbatasan yang disengketakan meningkatkan risiko konfrontasi bersenjata antara dua kekuatan nuklir yang mungkin terjadi melibatkan ancaman langsung terhadap orang dan kepentingan AS dan menyerukan intervensi Amerika.
“Hubungan antara New Delhi dan Beijing akan tetap tegang setelah bentrokan mematikan pada tahun 2020 yang paling serius dalam beberapa dekade,” ujarnya, seperti dilansir dari FP, Rabu (11/5).
Kebuntuan sebelumnya telah menunjukkan bahwa gesekan tingkat rendah yang terus-menerus pada Garis Kontrol Aktual (LAC) berpotensi meningkat dengan cepat, kata laporan itu.
India telah secara konsisten mempertahankan bahwa perdamaian dan ketenangan di sepanjang LAC adalah kunci untuk pengembangan keseluruhan hubungan bilateral.
Kebuntuan perbatasan Ladakh timur antara militer India dan China meletus pada 5 Mei 2020, menyusul bentrokan hebat di kawasan danau Pangong.
Kedua belah pihak secara bertahap meningkatkan penyebaran mereka dengan mengerahkan puluhan ribu tentara serta persenjataan berat.
India dan China telah mengadakan 15 putaran pembicaraan militer sejauh ini untuk menyelesaikan pertikaian Ladakh timur.
Sebagai hasil dari pembicaraan, kedua belah pihak menyelesaikan proses pelepasan tahun lalu di tepi utara dan selatan danau Pangong dan di daerah Gogra.
Masing-masing pihak saat ini memiliki sekitar 50.000 hingga 60.000 tentara di sepanjang LAC di sektor sensitif.
Penilaian tersebut juga mencatat bahwa krisis antara India dan Pakistan menjadi perhatian khusus karena risiko yang rendah dari siklus eskalasi antara dua negara bersenjata nuklir.
Pakistan memiliki sejarah panjang dalam mendukung kelompok militan anti-India.
Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, India lebih mungkin daripada di masa lalu untuk merespons dengan kekuatan militer terhadap provokasi Pakistan yang dirasakan atau nyata, dan persepsi masing-masing pihak tentang ketegangan yang meningkat meningkatkan risiko konflik, dengan kerusuhan kekerasan di Kashmir atau serangan militan di India menjadi titik nyala potensial, katanya.
(Resa/FP)