ISLAMTODAY ID-Ribuan orang di Tunisia turun ke jalan pada hari Ahad (19/6) untuk memprotes perebutan kekuasaan Presiden Kais Saied, yang dikecam oleh lawan sebagai kemunduran bagi revolusi pro-demokrasi 2011.
Protes itu terjadi sehari setelah hakim Tunisia mengumumkan bahwa mereka akan memperpanjang pemogokan nasional selama tiga minggu sebagai protes terhadap keputusan Presiden Said untuk memecat puluhan rekan mereka.
Saied memecat 57 hakim pada 1 Juni, menuduh mereka korupsi dan melindungi teroris.
Menurut Asosiasi Hakim Tunisia tuduhan tersebut sebagian besar bermotif politik.
Hakim menangguhkan pekerjaan mereka di pengadilan tiga hari kemudian dan mengatakan keputusan presiden dirancang untuk mengontrol peradilan dan penggunaannya terhadap lawan politiknya.
Protes tersebut diorganisir oleh Salvation Front, sebuah koalisi termasuk partai Ennahda, yang merupakan partai terbesar di parlemen sampai Saied membubarkannya.
Para pengunjuk rasa berbaris melalui pusat Tunis ke Avenue Habibi Bourguiba dan diawasi oleh polisi yang sangat banyak.
Sejak perebutan kekuasaannya pada 25 Juli tahun lalu, Saied telah mengumumkan serangkaian tindakan kontroversial, yang mencakup penangguhan parlemen, penutupan otoritas anti-korupsi independen negara itu, dan mengesampingkan otoritas pemilihan nasional.
Pada awal Februari, ia membubarkan Dewan Kehakiman Tertinggi dan memberikan dirinya kendali atas pemilihan dan promosi hakim.
Langkah-langkah tersebut, yang rencananya pertama kali diungkapkan oleh Middle East Eye, telah dikecam sebagai kudeta oleh kelompok-kelompok hak asasi dan partai-partai oposisi.
Presiden membela diri dengan memberikan pernyataan pembenaran.
“Tindakan ini legal dan perlu untuk menyelamatkan Tunisia dari ancaman yang akan segera terjadi,” ujar Saied, seperti dilansir dari MEE, Ahad (19/6).
Dia juga mengatakan dia akan menulis ulang konstitusi yang diperkenalkan setelah revolusi Musim Semi Arab 2011 pro-demokrasi dan akan memasukkan versi baru ke referendum pada bulan Juli.
Protes hari Ahad (19/6) mengikuti kemarahan serupa pada hari Sabtu, yang melihat orang-orang juga berdemonstrasi atas referendum yang diusulkan.
Pendukung presiden mengatakan dia melawan pasukan elit yang korupsinya telah meninggalkan negara itu dalam satu dekade kelumpuhan politik dan stagnasi ekonomi.
Namun, sementara presiden telah berfokus pada restrukturisasi politik Tunisia, krisis ekonomi yang mengancam akan mengurai rencananya, karena pemerintah berjuang untuk membiayai defisit 2022 dan membayar utang.
(Resa/MEE)