ISLAMTODAY ID-Pemimpin Rusia akan melakukan perjalanan ke Indonesia untuk pertemuan G20 di Bali, meskipun para pemimpin Barat menyerukan pengusiran Moskow.
Presiden Rusia Vladimir Putin akan menghadiri KTT G20 di Indonesia November ini, Kremlin mengumumkan pada hari Senin (27/6).
Sementara beberapa pemimpin Barat menuntut pengusiran Rusia dari acara tersebut, Presiden Joko Widodo telah mengundang Putin ke pertemuan di Bali.
Pembantu presiden Rusia Yuri Ushakov mengumumkan kehadiran Putin, tetapi mengatakan kepada wartawan bahwa masih belum jelas dalam kapasitas apa pemimpin Rusia itu akan berpartisipasi.
“Saya berharap pandemi memungkinkan forum penting ini diadakan secara langsung, tetapi saya tidak dapat menebaknya,” ungkap Ushakov, seperti dilansir dari RT, Senin (27/6).
KTT G20 menyatukan para pemimpin dari 20 ekonomi terbesar dunia, dengan perwakilan dari Uni Eropa juga hadir bersama kepala negara Eropa.
Selain itu, beberapa organisasi internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Kesehatan Dunia mendapat undangan tamu setiap tahun.
Sebelumnya di bulan Maret, Presiden AS Joe Biden meminta Widodo untuk mengecualikan Putin dari pertemuan tahun ini.
Sementara itu, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyatakan bahwa “tidaklah bisnis seperti biasanya jika Vladimir Putin duduk di sekitar meja berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Karena itu tidak baik dan itu salah.”
Namun, Jokowi tidak menyerah pada kampanye tekanan dan mengundang Putin seperti yang direncanakan.
Dia telah meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk melakukan perjalanan ke Bali pada bulan November.
Widodo menghadiri KTT G7 di Jerman sebagai tamu akhir pekan ini, dan setelah berangkat pada hari Ahad (26/6) ia akan melakukan perjalanan ke Kiev dan Moskow untuk bertemu dengan Zelensky dan Putin.
Dalam sebuah posting Twitter pada hari Ahad (26/6), Jokowi mengatakan bahwa ia bertujuan untuk “mengundang kedua pemimpin untuk membuka dialog dan menghentikan perang.”
Namun, usahanya bisa sia-sia. Sejak awal konflik pada bulan Februari, Zelensky telah beralih antara menyerukan pembicaraan dan bersumpah untuk merebut republik Donbass dan Krimea dengan paksa.
Dengan para pemimpin G7 yang diduga berjanji untuk menjaga Ukraina tetap bersenjata dan bertahan “selama yang dibutuhkan”, Zelensky dilaporkan mengatakan kepada seorang diplomat Prancis pada akhir pekan bahwa dia “akan bernegosiasi ketika dia akan berada dalam posisi untuk melakukannya”.
Sementara Rusia tidak mengesampingkan untuk kembali ke meja perundingan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov telah menyatakan bahwa “pernyataan yang bertentangan satu sama lain” Zelensky membuatnya “tidak mungkin untuk sepenuhnya memahami niat [Kiev] dan apakah mereka siap untuk mengambil pendekatan yang bijaksana dan mengakui keadaan sebenarnya.”
(Resa/RT)