ISLAMTODAY ID-Menara ponsel di seluruh Midwest AS mampu menangkap komunikasi Pentagon, kata FBI kepada CNN
Pemerintah AS telah menghentikan upayanya untuk menghapus peralatan telekomunikasi Huawei yang menurut FBI dapat dimata-matai dan mengganggu komunikasi di pangkalan militer AS, termasuk yang menampung rudal nuklir, CNN melaporkan pada hari Sabtu (23/7).
Di tengah tindakan keras terhadap teknologi China di bawah pemerintahan Trump, Kongres menyetujui pendanaan USD 1,9 miliar pada tahun 2019 untuk menghapus peralatan telekomunikasi Huawei dan ZTE di seluruh AS.
Namun, Komisi Komunikasi Federal (FCC) mengatakan kepada anggota parlemen pekan lalu bahwa melucuti jaringan Amerika dari peralatan China ini akan menelan biaya antara USD 4,7 dan USD 4,98 miliar.
Sebagian besar peralatan ini tetap ada.
Meskipun pemerintahan Presiden Joe Biden sebagian besar melanjutkan upaya Donald Trump untuk membersihkan AS dari teknologi komunikasi China, penyelidikan Departemen Perdagangan terhadap aktivitas Huawei berjalan lambat, CNN melaporkan .
Sementara itu, teknologi ini mungkin telah menimbulkan risiko keamanan akut ke AS, Reuters melaporkan pada hari Kamis (21/7).
Komisaris FCC Brendan Carr mengatakan kepada outlet berita bahwa menara ponsel di sekitar Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom Montana – yang mengontrol beberapa situs rudal di AS – menggunakan teknologi Huawei, seperti halnya dua situs lainnya di Nebraska dan Wyoming.
FBI percaya bahwa peralatan Huawei ini mampu mengumpulkan dan mengganggu komunikasi Pentagon, sumber anonim mengatakan kepada CNN.
Komando Strategis AS, komando yang bertanggung jawab atas pencegahan nuklir AS dan pasukan serangan global, mungkin telah terganggu komunikasi nya.
Tidak jelas apakah ada data yang benar-benar dicegat oleh menara Huawei, apalagi jika ada yang dikirim kembali ke Beijing.
Pemerintah China terus-menerus membantah menggunakan perusahaan teknologi negara itu untuk memata-matai Barat.
Lebih lanjut, Huawei mengatakan kepada CNN bahwa semua produknya yang diimpor ke AS memenuhi spesifikasi FCC dan tidak dapat mengakses spektrum komunikasi apa pun yang dikendalikan oleh Pentagon.
“Selama lebih dari 30 tahun, Huawei telah mempertahankan rekam jejak yang terbukti dalam keamanan siber dan kami tidak pernah terlibat dalam insiden keamanan siber yang berbahaya,” ungkap perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari RT, Ahad (23/7).
Tuduhan itu muncul pada saat meningkatnya persaingan antara AS dan China.
Di sisi lain, Biden secara terbuka membahas potensi konflik militer antara kedua negara adidaya.
Direktur FBI Christopher Wray memperingatkan para pemimpin bisnis Barat bahwa Beijing terlibat dalam spionase dan pencurian data yang “menyeluruh”.
Namun, sementara Strategi Pertahanan Nasional terbaru AS menyebut “tantangan [China] di Indo-Pasifik” sebagai tantangan militer terbesarnya dan berusaha untuk menggalang sekutunya ke dalam aliansi formal dan informal melawan Beijing, dugaan ancaman yang ditimbulkan oleh Huawei mendahului pemerintahan Trump dan Biden.
Pada awal pemerintahan Obama, FBI memantau pemasangan router Huawei di menara seluler di seluruh negara bagian barat tengah.
Huawai terkadang menjual barang dagangannya dengan kerugian kepada penyedia telekomunikasi kecil AS.
Pada tahun 2021 Huawei memasang peralatannya di sekitar 1.000 menara, yang meliputi area di sepanjang perbatasan Wyoming, Nebraska, dan Colorado yang merupakan rumah bagi sekelompok silo rudal nuklir yang padat.
Ketika FBI menyelidiki proliferasi peralatan ini, mereka menemukan bahwa kamera cuaca dan lalu lintas Huawei juga telah dipasang, dan sebuah laporan agensi yang mengklaim bahwa data ini dikirim kembali ke China mendorong RUU 2019 yang memerintahkan penghapusan peralatan tersebut.
Di tengah tuduhan AS dan penolakan China, Beijing juga mengeklaim bahwa perusahaan teknologi Amerika mengumpulkan informasi dari dalam China.
Kendaraan Tesla telah dilarang dari berbagai lokasi di China, termasuk kota resor tempat para pemimpin China mengadakan retret musim panas.
Hal ini dilakukan karena kekhawatiran bahwa kamera mereka dapat digunakan untuk menangkap data sensitif.
(Resa/RT)