ISLAMTODAY ID-Senat AS telah memilih untuk meratifikasi keanggotaan Swedia dan Finlandia dalam aliansi NATO, langkah lain menuju perluasan blok militer pimpinan AS setelah 30 anggotanya secara resmi berkomitmen untuk langkah tersebut.
Anggota parlemen menyetujui tindakan 95-1 pada hari Rabu (3/8), dalam apa yang disebut Presiden Joe Biden sebagai “pemungutan suara bersejarah” yang mengirimkan sinyal penting dari komitmen bipartisan AS yang berkelanjutan untuk NATO.
“Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk keamanan Swedia dan Finlandia. Kami akan terus bekerja untuk tetap waspada atas ancaman apa pun terhadap keamanan bersama kami, ” ungkap Biden, seperti dilansir dari RT, Kamis (4/8).
Lebih lanjut, dia bersumpah untuk menandatangani protokol aksesi secara resmi menyetujui keanggotaan kedua negara.
Anggota Partai Republik Missouri, Josh Hawley adalah satu-satunya senator yang memberikan suara menentang ratifikasi.
Dia menyatakan alasan penolakan yaitu apabila mengirim lebih banyak pasukan dan sumber daya ke Eropa untuk membela sekutu baru tidak akan membantu memperkuat sikap pencegahan di Pasifik.
Sementara itu, Senator Rand Paul dari Kentucky memilih ‘hadir’, satu-satunya anggota parlemen lain yang tidak menyetujui resolusi tersebut.
Sebagai seorang Republikan yang condong ke libertarian, Paul juga memperkenalkan amandemen yang akan menegaskan kembali otoritas Kongres untuk menyatakan perang.
Dia menekankan bahwa ketentuan pertahanan kolektif blok NATO tidak menggantikan Konstitusi AS.
Namun, pendapat itu dikalahkan dengan perbandingan 10-87, dan hanya segelintir Partai Republik yang mendukung tindakan tersebut.
Senator Mitt Romney (R-Utah) mengatakan amandemen tersebut mungkin menunjukkan keretakan dalam komitmen Washington untuk “bertahan bersama” dan dukungan NATO kepada Ukraina dalam perangnya dengan Rusia.
Dengan pemungutan suara hari Rabu (3/7) dan tanda tangan Presiden Biden, 20 dari 30 negara bagian NATO akan meratifikasi keanggotaan untuk Stockholm dan Helsinki, menurut Hill.
Mereka membutuhkan persetujuan bulat dari aliansi untuk bergabung, dan meskipun keduanya pada awalnya menghadapi perlawanan keras dari Turki, mereka tampaknya telah mencapai kesepakatan tentatif untuk memenuhi kondisi Ankara.
Didorong oleh serangan Rusia di Ukraina, kedua negara Nordik memutuskan untuk bergabung dengan NATO setelah beberapa dekade netral, secara resmi mengajukan keanggotaan aliansi pada bulan Mei.
Untuk diketahui, Moskow telah lama menyuarakan keprihatinan tentang ekspansi NATO ke arah timur.
Presiden Vladimir Putin telah menyatakan bahwa Rusia “tidak memiliki masalah” dengan salah satu negara, dan tidak melihat keanggotaan mereka sebagai “ancaman langsung.”
(Resa/Sputniknews)