ISLAMTODAY ID-Menteri Luar Negeri Taipei Joseph Wu mengeklaim pada Selasa (9/8) bahwa China gunakan latihan militer skala besar di sekitar Taiwan untuk persiapkan invasi ke pulau tersebut.
“China telah menggunakan latihan dan pedoman militernya untuk mempersiapkan invasi ke Taiwan,” ungkap Wu saat konferensi pers, seperti dilansir dari RT, Selasa (9/8).
Dia menekankan Beijing terlibat dalam latihan militer skala besar dan peluncuran rudal, serta serangan dunia maya, kampanye disinformasi, dan pemaksaan ekonomi untuk melemahkan moral publik di Taiwan.
China meluncurkan latihan perang termasuk latihan tembakan langsung di enam wilayah maritim di sekitar Taiwan pekan lalu sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau itu.
Menurut menteri, latihan itu masih dilakukan di Selat Taiwan pada hari Senin (8/8), meskipun Beijing sebelumnya mengatakan bahwa mereka akan berakhir pada akhir pekan.
“Niat sebenarnya China adalah untuk mengubah status quo di Selat Taiwan dan seluruh wilayah,” klaimnya.
Wu menyebut latihan itu sebagai pelanggaran berat terhadap hak Taiwan dan upaya Beijing untuk menguasai perairan di sekitar Taiwan dan Asia-Pasifik yang lebih luas.
Menteri berbicara setelah Taipei mengadakan latihan tembakan langsungnya sendiri, mensimulasikan pertahanan terhadap serangan di pulau itu.
Kementerian Pertahanan China mengatakan pada hari Senin (8/8) bahwa militer melanjutkan latihannya di perairan dan wilayah udara di sekitar pulau Taiwan, terutama berfokus pada operasi serangan anti-kapal selam dan udara-ke-laut.
Perjalanan Pelosi pekan lalu, yang menjadikannya pejabat tertinggi AS yang mengunjungi Taiwan sejak 1997, memicu reaksi keras dari Beijing, yang memandang pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya.
Selain mengumumkan latihan militer terbesarnya di Selat Taiwan, Beijing memberlakukan pembatasan perdagangan di Taipei dan memberi sanksi kepada ketua DPR dan keluarganya.
Taiwan telah memiliki pemerintahan sendiri sejak tahun 1949, tetapi tidak pernah secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan dari Beijing.
Meskipun secara resmi mengakui kebijakan One China, AS mempertahankan hubungan tidak resmi yang kuat dengan pulau berpenduduk 23,5 juta itu, menjual senjata ke Taipei dan mendukung dorongannya untuk kedaulatan.
(Resa/RT)