ISLAMTODAY ID-Penulis Inggris Salman Rushdie, yang tulisannya membuatnya menjadi sasaran ancaman pembunuhan, sedang menjalani operasi darurat setelah seorang penyerang menikam lehernya di sebuah acara sastra di negara bagian New York.
Polisi mengatakan bahwa seorang tersangka laki-laki menyerbu panggung, menyerang Rushdie dan seorang pewawancara pada hari Jumat (12/8), dengan penulis menderita “luka tusukan di leher.”
Dia dilarikan dengan helikopter ke rumah sakit setempat, kata polisi. Gubernur New York Kathy Hochul mengatakan Rushdie masih hidup.
Rushdie kemungkinan akan kehilangan mata dan menderita kerusakan saraf di lengan dan kerusakan pada hatinya, kata agennya, menambahkan bahwa Rushdie menggunakan ventilator.
“Kabarnya tidak bagus. Salman kemungkinan akan kehilangan satu matanya; saraf di lengannya terputus, dan hatinya ditusuk dan rusak,” ungkap Andrew Wylie dalam sebuah pernyataan tertulis, seperti dilansir dari TRTWorld, Sabtu (13/8).
Seorang polisi negara bagian yang ditugaskan untuk acara di Institusi Chautauqua, di mana Rushdie akan memberikan ceramah, segera menahan tersangka.
Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai Hadi Matar, 24, dari Fairview, New Jersey. Dia ditangkap di tempat kejadian dan sedang menunggu dakwaan.
Polisi negara bagian Mayor Eugene J Staniszewski mengatakan motif penikaman itu tidak jelas.
Fatwa Iran Terkait Rushdie
Rushdie adalah penulis beberapa novel yang mendapat pengakuan luas, termasuk Midnight’s Children, yang memenangkan Booker Prize pada 1981.
Buku Rushdie “The Satanic Verses” telah dilarang di Iran sejak 1988, karena banyak Muslim menganggapnya sebagai penghujatan.
Setahun kemudian, mendiang pemimpin Iran Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa, atau dekrit, yang menyerukan kematian Rushdie.
Hadiah lebih dari USD 3 juta juga telah ditawarkan bagi siapa saja yang membunuh Rushdie.
Pemerintah Iran telah lama menjauhkan diri dari keputusan Khomeini, tetapi sentimen anti-Rushdie tetap ada.
Pada 2012, sebuah yayasan keagamaan semi-resmi Iran menaikkan hadiah untuk Rushdie dari USD 2,8 juta menjadi USD 3,3 juta.
Rushdie menepis ancaman pada saat itu, dengan mengatakan “tidak ada bukti” orang-orang tertarik dengan hadiah itu.
Tahun itu, Rushdie menerbitkan sebuah memoar, “Joseph Anton,” tentang fatwa tersebut.
(Resa/TRTWorld)