ISLAMTODAY ID-Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memperbarui janji tanpa perang Jepang pada upacara hari Senin (15/8) yang menandai peringatan 77 tahun kekalahan Perang Dunia II.
Dalam pidato pertamanya sebagai perdana menteri sejak menjabat pada Oktober, Kishida mengatakan pada hari Senin bahwa Jepang akan “tetap pada tekad kami untuk tidak pernah mengulangi tragedi perang.”
Kishida tidak menyebutkan agresi Jepang di Asia pada paruh pertama abad ke-20 atau korban di wilayah tersebut.
Sebagian besar pidato Perdana Menteri Fumio Kishida berfokus pada kerusakan yang diderita Jepang di wilayahnya, termasuk pemboman atom AS di Hiroshima-Nagasaki dan pemboman besar-besaran di seluruh negeri.
Dia mengatakan perdamaian dan kemakmuran yang dinikmati negara saat ini dibangun di atas penderitaan dan pengorbanan mereka yang tewas dalam perang.
Kaisar Naruhito mengulangi “penyesalan mendalam” atas tindakan Jepang di masa perang dalam frasa bernuansa dalam pidatonya, seperti ayahnya, Kaisar Emeritus Akihito, yang mengabdikan karirnya untuk menebus kesalahan perang atas nama kaisar masa perang, Hirohito, kakek kaisar saat ini.
Keheningan 1 menit
Sekitar 900 peserta mengheningkan cipta selama satu menit pada siang hari selama upacara yang diadakan di arena Budokan.
Kerumunan berkurang dari sekitar 5.000 sebelum pandemi, peserta diminta memakai masker, dan tidak ada nyanyian lagu kebangsaan.
Sementara itu, Khisida tidak mengunjungi kuil Yasukuni tersebut tetapi mengirim ornamen keagamaan.
Beberapa tokoh melakukan doa di kuil tersebut termasuk Menteri Keamanan Ekonomi Sanae Takaichi dan Menteri Rekonstruksi Bencana Kenya Akiba pada Senin (15/8) pagi dan Menteri Perdagangan dan Industri Yasutoshi Nishimura pada hari Sabtu (13/8).
“Saya menghormati semangat mereka yang mengorbankan hidup mereka untuk kebijakan nasional,” ungkap Takaichi kepada wartawan, seperti dilansir dari TRTWorld, Senin (15/8)
Lebih lanjut, dia juga berdoa agar tidak ada lagi korban perang di Ukraina.
Para korban tindakan Jepang selama paruh pertama abad ke-20, terutama Cina dan Korea, melihat kuil itu sebagai simbol militerisme Jepang karena menghormati para penjahat perang yang dihukum di antara sekitar 2,5 juta orang yang tewas perang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, pada hari Ahad (14/8) setelah kunjungan Nishimura, mengkritiknya sebagai “sikap salah pemerintah Jepang terhadap masalah sejarah.”
Wang mendesak Jepang untuk “merefleksikan secara mendalam sejarah agresinya, menangani masalah yang relevan dengan benar dengan rasa tanggung jawab dan memenangkan kepercayaan dari tetangga Asia dan komunitas internasional yang lebih besar melalui tindakan nyata.”
(Resa/TRTWorld)