ISLAMTODAY ID-Ketagangan hubungan Jepang-China semakin memanas, mengingat para pemimpin Tokyo selama setahun terakhir lebih berpihak pada Taiwan di tengah krisis yang telah menyaksikan serangkaian delegasi AS mengunjungi Taipei, terutama kunjungan Nancy Pelosi pada 2 Agustus.
“Jepang akan memperluas fasilitas penyimpanan bahan bakar dan amunisi di Kepulauan Nansei di Laut China Timur, Menteri Pertahanan Yasukazu Hamada mengatakan kepada Nikkei pada hari Selasa (6/9), saat Tokyo berupaya untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi krisis Selat Taiwan,” ujar Nikkei, seperti dilansir dari ZeroHedge, Jumat (9/9).
Untuk diketahui bahwa sebagian besar amunisi Jepang disimpan di Hokkaido dengan arah yang berlawanan di utara.
Dengan demikian, pengumuman terbaru ini menandai pemfokusan kembali strategis utama untuk menempatkan depot amunisi dan pelabuhan yang dapat diakses militer lebih dekat ke Taiwan.
“Untuk melindungi Jepang, penting bagi kami untuk tidak hanya memiliki perangkat keras seperti pesawat dan kapal, tetapi juga amunisi yang cukup untuk mereka,” ungkap Menteri Pertahanan Hamada.
“Kami akan secara radikal memperkuat kemampuan pertahanan yang kami butuhkan, termasuk kapasitas kami untuk penyebaran yang berkelanjutan dan fleksibel.”
Namun, mengingat Jepang yang “netral” sejak Perang Dunia II pada dasarnya hampir tidak memiliki militer untuk dibicarakan sampai saat ini, amunisi yang dimilikinya kemungkinan akan bertahan dalam waktu yang sangat singkat menurut standar perang modern.
“Pasukan Bela Diri Jepang telah menimbun amunisi yang cukup untuk paling banyak dua bulan. Kurang dari 10% disimpan di Kyushu dan Okinawa Jepang barat daya, dan SDF tidak memiliki kapasitas pengiriman untuk mengirim cukup ke daerah tersebut selama konflik,” laporan Nikkei berlanjut.
Pengumuman kementerian pertahanan minggu ini juga meninjau perluasan infrastruktur logistik militer, termasuk fasilitas pelabuhan baru dan depot bahan bakar di Okinawa, Kyushu, dan pulau-pulau lainnya.
Menariknya, analisis Nikkei diakhiri dengan pengakuan berikut mengenai peran pasukan AS dalam setiap potensi konflik di masa depan dengan China.
“Strategi pertahanan pascaperang Tokyo secara umum mengasumsikan bahwa pasukan Jepang perlu bertahan selama beberapa minggu sampai militer AS tiba untuk menangani ancaman. Tetapi invasi Rusia ke Ukraina, yang sekarang memasuki bulan ketujuh, mendorong pemikiran ulang.”
(Resa/ZeroHedge)