ISLAMTODAY ID-Mantan PM Italia mengomentari mengapa Moskow meluncurkan kampanye militernya di Ukraina.
“Presiden Rusia Vladimir Putin didorong untuk meluncurkan kampanye militer di Ukraina oleh para pendukungnya dan ingin mengganti pemerintah di Kiev dengan “orang-orang yang layak”, ungkap mantan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi pada hari Kamis (22/9), seperti dilansir dari RT, Jumat (23/9).
Berbicara di penyiar publik Italia RAI, Berlusconi berspekulasi tentang apa yang mendorong kepemimpinan Rusia untuk melanjutkan operasi militer di Ukraina pada akhir Februari.
“Putin didorong oleh rakyat Rusia, oleh partainya, oleh para menterinya untuk melakukan operasi khusus ini,” ungkapnya seperti dikutip Reuters.
Berlusconi yakin Moskow pada awalnya berencana untuk menguasai Kiev “dalam seminggu”, menggantikan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky dan pemerintahannya dengan “orang-orang yang layak”, dan meninggalkan ibukota “dalam seminggu lagi”.
Dia juga mengatakan bahwa dia tidak mengerti mengapa pasukan Rusia sekarang “menyebar di sekitar Ukraina” ketika mereka “seharusnya hanya bertahan di sekitar Kiev”.
“Pasukan Moskow menghadapi “tingkat perlawanan yang tidak terduga”, yang diperkuat oleh pengiriman senjata Barat,” ungkap media Italia mengutipnya.
Meskipun pasukan Rusia pada satu titik dekat dengan Kiev, pada akhir Maret, mereka menarik diri dalam apa yang disebut Kementerian Pertahanan Rusia sebagai “pengelompokan ulang yang direncanakan” untuk menciptakan kondisi bagi “pembebasan” Donbass.
Awal bulan ini, Putin mengatakan bahwa tujuan Moskow dalam hal ini tidak berubah.
Komentar Berlusconi muncul saat partainya Forza Italia menuju pemilihan minggu ini sebagai bagian dari koalisi sayap kanan, yang juga mencakup partai Liga anti-imigrasi dan Partai Persaudaraan Italia.
Blok ini secara luas diperkirakan akan menang.
Mantan perdana menteri menjabat empat periode antara tahun 1994 dan 2011, dan mengembangkan hubungan dekat dengan Putin.
Pada satu titik, Berlusconi bahkan mengunjungi Krimea; semenanjung itu memilih untuk menjadi bagian dari Rusia dalam referendum 2014 yang tidak diakui oleh Barat.
(Resa/RT)