ISLAMTODAY ID-Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri Josep Borrell mengatakan kepada BBC pada hari Sabtu bahwa dia yakin Presiden Rusia Vladimir Putin dapat menggunakan senjata nuklir jika pasukan Moskow “disudutkan”.
Borrell menyerukan kesepakatan damai, tetapi kesepakatan yang disarankannya kemungkinan tidak akan dimulai.
“Konflik di Ukraina telah mencapai “momen berbahaya”, ujar diplomat itu kepada penyiar Inggris.
“Ini momen berbahaya karena tentara Rusia telah terpojok, dan reaksi Putin—mengancam menggunakan senjata nuklir—sangat buruk,” ungkap Borrell, seperti dilansir dari RT, Sabtu (24/9).
Klaim tersebut kemungkinan didasarkan pada fakta bahwa Ukraina berhasil merebut petak besar tanah di wilayah Kharkov awal bulan ini.
Namun, pasukan Ukraina yang unggul secara numerik masih menelan banyak korban melawan kontingen Rusia dan sekutu yang relatif kecil, dan mundur tanpa menderita kerugian besar, menurut Moskow.
Setelah serangan Ukraina, Putin pada hari Rabu (21/9) mengumumkan mobilisasi parsial sekitar 300.000 tentara, jumlah yang dikatakan Menteri Pertahanan Sergey Shoigu berjumlah 1% dari potensi mobilisasi penuh negara itu.
Putin juga memperingatkan bahwa Rusia akan mempertahankan wilayahnya dengan segala cara yang tersedia bagi, termasuk berbagai senjata pemusnah .
“Saya tidak menggertak,” tambah pemimpin Rusia itu.
“Ketika orang mengatakan itu bukan gertakan, Anda harus menganggapnya serius,”ujar Borrell kepada BBC.
Diplomat Uni Eropa sebelumnya bersikeras bahwa “perang ini akan dimenangkan di medan perang”.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa “solusi diplomatik” harus dicapai, tetapi yang “menjaga kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina”.
Selain fakta bahwa empat bekas wilayah Ukraina kemungkinan besar akan memilih untuk bergabung dengan Rusia dalam hitungan hari, definisi Borrell tentang integritas teritorial Ukraina kemungkinan besar sejalan dengan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky, yang telah bersumpah untuk merebut dua republik Donbass dan Krimea, yang memilih untuk bergabung kembali dengan Rusia pada tahun yang sama.
Jauh sebelum empat referendum diumumkan, Zelensky menolak gagasan untuk mengabaikan klaimnya atas Donbass dan Krimea agar mengamankan perdamaian dengan Rusia.
(Resa/RT)