ISLAMTODAY ID-Selama tur Sergei Lavrov ke Afrika pada bulan Juli, Presiden Uganda Yoweri Museveni meyakinkan menteri luar negeri Rusia soal hubungan keduanya.
“Jika Rusia membuat kesalahan maka kami memberi tahu mereka. Tetapi ketika mereka tidak melakukan kesalahan, kami tidak bisa melawan mereka,” ujar Museveni.
Militer Uganda akan memperlakukan agresi terhadap Rusia sebagai agresi terhadap benua Afrika, komandan Angkatan Darat Muhoozi Kainerugaba telah mengindikasikan.
“Presiden Putin tidak perlu mengancam perang nuklir. Kami mendengarnya. Serangan ke Rusia adalah serangan ke Afrika!” ujar Kainerugaba menulis dalam sebuah tweet pada hari Sabtu (24/9), seperti dilansir dari Sputniknews, Senin (26/9).
Kainerugaba bergabung dengan militer pada tahun 1999, dan diangkat menjadi komandan Angkatan Darat Uganda pada tahun 2021. Dia adalah putra Presiden Museveni.
Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat, yang terakhir karena referendum di Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR), serta bagian-bagian wilayah Kherson dan Zaporozhye yang dikuasai Rusia, di kemungkinan aksesi wilayah ke Federasi Rusia.
Pada 21 September, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan dukungannya untuk referendum, dan menekankan bahwa Moskow akan menggunakan “segala cara” untuk mempertahankan integritas teritorial negara itu.
“Jika integritas teritorial negara kami terancam, kami tanpa ragu akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi Rusia dan rakyat kami – ini bukan gertakan”, ungkap Putin.
Lebih lanjut, dia memperingatkan bahwa “mereka yang mencoba memeras kami dengan senjata nuklir harus tahu bahwa situasi bisa berubah”.
Rusia meluncurkan operasinya di Ukraina pada bulan Februari sebagai tanggapan atas permintaan bantuan dari DPR dan LPR di tengah kekhawatiran invasi Ukraina yang membayangi.
Setelah dimulainya operasi militer khusus Rusia, negara-negara Barat menjatuhkan sanksi kepada Rusia, memicu krisis energi dan pangan global yang paling parah melanda negara-negara yang paling membutuhkan.
Untuk diketahui, Uganda adalah salah satu dari 17 negara Afrika yang abstain dalam pemungutan suara Maret atas resolusi PBB untuk mengutuk operasi militer Rusia di Ukraina.
Selama kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov ke negara Afrika pada bulan Juli, presiden Uganda Yoweri Museveni memuji Moskow atas bantuannya dalam memerangi kolonialisme di abad ke-20.
“Setiap kali masalah muncul dan beberapa orang ingin kami mengambil posisi melawan Rusia, kami berkata, ‘Tetapi kalian, orang-orang ini telah bersama kami selama 100 tahun terakhir, bagaimana kami bisa secara otomatis melawan mereka?’” ungkap Museveni kepada Lavrov.
(Resa/Sputniknews)