ISLAMTODAY ID-Wakil Presiden Kamala Harris pada hari Rabu (28/9) menyatakan bahwa pemerintah AS bermaksud untuk mengembangkan hubungan “tidak resmi” dengan Taiwan meskipun ada tentangan sengit dari China.
Dia juga mengecam Beijing atas apa yang dia gambarkan sebagai “perilaku agresif” di kawasan Asia-Pasifik.
Berbicara kepada pelaut Amerika di atas kapal perang AS di Jepang, Harris mengecam China dan menuduh Beijing “merusak elemen kunci dari tatanan berbasis aturan internasional.”
“China telah menantang kebebasan laut dan telah melenturkan kekuatan militer dan ekonominya untuk memaksa dan mengintimidasi tetangganya,” ungkapnya, seperti dilansir dari RT, Rabu (28/9).
Lebih lanjut, Harris menuduh Beijing melakukan berbagai “provokasi” di Selat Taiwan, daerah di mana AS sering mengerahkan patroli Angkatan Lautnya.
Wakil presiden juga percaya bahwa Beijing menggunakan kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei pada awal Agustus “sebagai dalih untuk unjuk kekuatan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Dalam nada ini, Harris mengisyaratkan bahwa, di tengah ketegangan yang meningkat di kawasan itu, pemerintahan Biden mengharapkan “perilaku agresif yang berkelanjutan dari Beijing” dalam apa yang dia gambarkan sebagai upaya sepihak China untuk “merusak status quo.”
Harris berjanji bahwa AS akan terus “mendukung pertahanan diri Taiwan” dan “memperdalam hubungan tidak resmi kami” dengan pulau yang diperintah sendiri.
Lebih lanjut, Harris menekankan bahwa Washington tidak mencari Perang Dingin dengan China.
Komentarnya muncul setelah Menteri Luar Negeri China Wang Yi memperingatkan pekan lalu bahwa konflik semacam itu akan menjadi “bencana” bagi kedua negara dan bagi seluruh dunia.
Di sisi lain, Yi menambahkan bahwa persepsi Washington tentang Beijing sebagai saingan paling menonjol dalam jangka panjang sama sekali tidak beralasan.
Ketegangan regional telah meningkat sejak Ketua DPR AS Nancy Pelosi melakukan perjalanan ke Taiwan untuk menunjukkan dukungan.
Beijing memandang kunjungan garis kedua Washington untuk suksesi presiden sebagai pelanggaran prinsip ‘One China’ oleh Washington dan percaya itu merugikan hubungan China-AS.
Beijing menganggap Taiwan sebagai wilayah kedaulatan China.
Sejak 1949, pulau itu telah diperintah oleh kaum nasionalis yang melarikan diri dari daratan dengan bantuan AS setelah kalah dalam Perang Saudara China dari Komunis.
AS secara resmi mengakui tetapi tidak mendukung kedaulatan China atas pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.
(Resa/RT)