ISLAMTODAY ID- Menteri Dalam Negeri Serbia Aleksandar Vulin pada hari Selasa (5/10) mengatakan bahwa Kiev tidak pernah menuntut agar sanksi dijatuhkan atau pengadilan diadakan bagi mereka yang terlibat dalam pemboman NATO di Yugoslavia, tetapi pada saat yang sama menuntut hukuman bagi Rusia atas operasi militernya di Ukraina.
Sebelumnya pada bulan Oktober, Duta Besar Ukraina Volodymyr Tolkach mengatakan kepada penyiar N1 bahwa Kiev tidak memahami posisi Beograd mengenai sanksi terhadap Rusia dan mendesak Serbia untuk bergabung dengan kebijakan Barat mengenai Moskow.
“Puluhan anak laki-laki dan perempuan Serbia tewas selama pengeboman NATO. Saya tidak dapat mengingat permintaan Ukraina agar pertemuan khusus Dewan Keamanan PBB diadakan atau sanksi dijatuhkan kepada penyerang terhadap Serbia. Belum terlambat untuk Ukraina dan semua negara menuntut pengadilan atas kejahatan dalam konflik Rusia-Ukraina, untuk menuntut pengadilan para pembunuh anak-anak Serbia selama agresi NATO,” ungkap Vulin seperti dikutip oleh Kementerian Dalam Negeri Serbia.
Selain itu, pejabat tersebut mengingatkan dukungan prinsip dan konsisten Rusia untuk integritas teritorial Serbia.
“Rusia tidak akan pernah mengubah posisinya di ‘negara’ palsu Kosovo. Dan tidak ada pernyataan atau langkah pejabat Rusia yang ditujukan sebaliknya, sama seperti tidak ada pernyataan atau langkah pejabat UE atau AS yang ditujukan untuk menarik pengakuan [the kemerdekaan] Kosovo atau menghormati integritas teritorial Serbia,” ungkap Vulin, seperti dilansir dari Sputniknews, Rabu (5/10).
Pada 24 Februari, Rusia memulai operasi militer di Ukraina menanggapi seruan bantuan dari republik rakyat Donetsk dan Lugansk.
Negara-negara Barat menanggapi dengan memberlakukan sanksi komprehensif terhadap Moskow sambil juga meningkatkan dukungan militer dan keuangan mereka untuk Kiev.
Serbia adalah salah satu negara yang mempertahankan posisi netral dalam masalah ini dan tidak bergabung dengan sebagian besar pembatasan di Moskow meskipun ada tekanan dari Brussels dan Washington.
(Resa/Sputniknews)