ISLAMTODAY ID-Meskipun telah dibebaskan oleh pengadilan Israel puluhan kali, tentara Israel terus mengganggu Aktivis Palestina Issa Amro dalam upaya untuk membungkamnya.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di Twitter, aktivis Palestina Issa Amro mentweet bahwa tentara Israel mengepung rumahnya dalam upaya untuk membungkamnya, dan akhirnya, mengakhiri usahanya dalam mendokumentasikan pelanggaran mereka.
“Mereka tidak ingin saya berbicara dengan audiens asing dan Israel tentang apartheid dan pendudukan Israel,” ungkap Amro, seperti dilansir dari The Cradle, Kamis (4/11).
Surat kabar Israel Haaretz melaporkan bahwa Komandan Brigade tentara, Yehuda Yishai Rozolio, telah mengambil keputusan untuk mengubah rumah Amro menjadi zona militer tertutup, melarang semua orang kecuali Amro memasuki kompleks tersebut.
Keputusan itu juga menyasar kelompok aktivis “Pemuda Melawan Pemukiman” yang beroperasi dari rumah Amro.
Organisasi ini memainkan peran penting dalam menggalang penduduk setempat untuk berpartisipasi dalam protes tanpa kekerasan dan pembangkangan sipil.
Menanggapi keputusan tentara Israel, pengacara Michael Sfard akan mewakili Amro di pengadilan Israel untuk meminta penyelidikan kriminal atas keputusan ini dan penyalahgunaan kekuasaan oleh Rozolio.
“Perintahnya sangat sewenang-wenang sehingga tidak ada keraguan bahwa [itu bukan produk] itikad baik. Itu tidak ditujukan pada orang yang telah mengganggu perdamaian dan dimaksudkan untuk memuaskan para penjahat yang telah memprakarsai serangan dan gesekan,” ungkap Sfard dalam sebuah pernyataan yang disampaikan kepada tentara Israel.
Pengacara tersebut menuduh tentara Israel menghukum Amro secara tidak adil, sementara membiarkan para pemukim, yang berada di balik gangguan perdamaian di Hebron, berkeliaran tanpa terpengaruh.
Sfard mencatat bahwa para pemukim telah menyerang Amro dan rumahnya pada beberapa kesempatan, semua didokumentasikan di rekaman CCTV, sementara tentara berkali-kali gagal melindunginya atau menghalangi mereka.
Sfard menambahkan bahwa keputusan itu ilegal, bahkan menurut standar sistem peradilan Israel yang ‘berbelit-belit’ di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Sebelumnya pada 26 September, Amro menyuarakan keprihatinannya tentang sistem senjata kendali jarak jauh baru di pos pemeriksaan Jalan Shuhada di Hebron. Lebih dari 300 keluarga melewati sana setiap hari.
“Tidak perlu keamanan untuk memasang senjata otomatis ini, area ini terlindungi dengan baik dengan segala cara. Tidak ada kekerasan,” bantah Amro.
Dia menambahkan bahwa dia prihatin dengan penggunaan senjata, dan implikasinya terhadap lansia, wanita, dan anak-anak yang rentan.
“Orang-orang ketakutan,” ungkap Amro, yang secara terbuka menuduh perusahaan militer Israel menggunakan orang Palestina sebagai ‘kelinci percobaan’ untuk menguji senjata baru.
(Resa/The Cradle)