ISLAMTODAY ID-Hubungan Barat-Iran semakin memburuk di tengah dukungan militer Teheran untuk invasi Rusia ke Ukraina.
Komandan Pasukan Dirgantara Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), Amir Ali Hajizadeh membeberkan Iran telah memproduksi kabel rudal balistik hipersonik pertamanya.
Lebih lanjut, kabel rudal balistik hipersonik tersebut mampu menembus semua sistem pertahanan udara dan melakukan perjalanan di dalam dan di luar atmosfer bumi
Pernyataan tersebut dia lontarkan kepada kantor berita semi-resmi Tasnim pada hari Kamis (10/11).
Di sisi lain, Rudal hipersonik yang seperti rudal balistik tradisional dapat mengirimkan senjata nuklir, terbang dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara.
“Rudal balistik hipersonik ini dikembangkan untuk melawan perisai pertahanan udara,” ungkap Jenderal Amirali Hajizadeh, komandan unit kedirgantaraan Korps Pengawal Revolusi Islam, seperti dikutip oleh kantor berita Fars.
“Itu akan mampu menembus semua sistem pertahanan anti-rudal,” ujarnya, seperti dilansir dari MEE, Kamis (10/11).
Dia menambahkan bahwa yakin akan membutuhkan waktu puluhan tahun sebelum sistem yang mampu mencegatnya dikembangkan.
Pengumuman itu memicu kekhawatiran dari badan atom PBB, yang mengatakan bahwa Teheran terus menghalangi penyelidikannya terhadap kegiatan nuklir negara itu.
Industri pertahanan Iran telah menjadi berita utama internasional dengan perang di Ukraina.
AS mengatakan pada 1 November bahwa Rusia berpotensi mendapatkan akses ke rudal permukaan-ke-permukaan Iran.
Moskow telah mengerahkan drone Iran untuk melawan Kyiv dan menimbulkan kerusakan serius pada jaringan listrik Ukraina.
Dukungan militer Teheran untuk Rusia telah menjadi gangguan terbaru dalam hubungannya dengan Barat dan telah dikutip oleh pejabat AS sebagai hambatan lebih lanjut dalam pembicaraan yang gagal untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.
Gejolak Dalam Negeri
Pernyataan Iran tentang rudal hipersonik datang ketika Republik Islam menghadapi protes besar-besaran.
Gerakan protes atas kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi setelah ditangkap karena jilbabnya telah berubah menjadi curahan umum frustrasi di antara orang-orang Iran dengan pemerintah mereka.
Menurut kelompok-kelompok hak asasi, lebih dari 300 orang telah tewas dalam protes yang dituduhkan kepada Arab Saudi dan AS tanpa memberikan bukti.
Pada hari Kamis (10/11), Iran menangkap seorang wanita yang dituduh memberikan informasi ke Iran International.
Untuk diketahui, Iran International merupakan sebuah situs berita berbasis di London yang menurut Teheran didanai oleh Arab Saudi dan di cap sebagai “organisasi teroris” pada minggu ini oleh Menteri Intelijen Iran Esmail Khatib
Khatib mengatakan pada hari Rabu (9/11) bahwa “kesabaran strategis” Iran dengan Arab Saudi mulai menipis.
“Sampai sekarang, Iran telah mengadopsi kesabaran strategis dengan rasionalitas yang kuat, tetapi tidak dapat menjamin bahwa itu tidak akan habis jika permusuhan berlanjut,” ungkap kantor berita semi-resmi Fars mengutip Khatib.
“Jika Iran memutuskan untuk membalas dan menghukum, istana kaca akan runtuh dan negara-negara ini tidak akan mengalami stabilitas lagi.”
Iran juga menyalahkan pejuang Kurdi karena mengobarkan protes. Bulan lalu mereka meluncurkan serangan artileri dan drone ke pejuang Kurdi di Irak utara.
Pekan lalu, Wall Street Journal melaporkan bahwa Arab Saudi telah berbagi informasi intelijen dengan AS bahwa Iran sedang mempersiapkan serangan yang akan segera terjadi terhadap kerajaan tersebut. Iran membantah klaim tersebut.
(Resa/MEE)