ISLAMTODAY ID-Pada 10 November, badan bantuan kemanusiaan Save the Children mengungkapkan bahwa jumlah anak-anak yang kekurangan gizi di timur laut Suriah telah meningkat 150 persen tahun ini.
Kelompok tersebut menegaskan kembali bahwa jumlah anak-anak kurang gizi yang mereka tangani meningkat setiap hari.
“Malnutrisi mengancam jiwa anak-anak. Kemiskinan dan ketidakmampuan untuk membeli makanan adalah alasan utama yang diberikan keluarga untuk peningkatan ini, ” ungkap kelompok itu, seperti dilansir dari The Cradle, Kamis (10/11).
Menurut AFP, badan bantuan itu mendaftarkan lebih dari 10.000 anak-anak yang kekurangan gizi di wilayah timur laut Suriah dari April hingga September.
Ribuan anak-anak Suriah telah mengungsi sejak pecahnya perang pada tahun 2011.
Banyak dari mereka tinggal di kamp-kamp pengungsi yang tidak terpelihara dengan baik, biasanya tidak memiliki akses ke perawatan medis yang layak, dan menjadi sasaran kekerasan.
Beberapa anak dilaporkan meninggal akibat penundaan yang berkepanjangan dalam menerima perawatan medis, dengan banyak yang harus dipisahkan dari ibu mereka, tidak pernah terlihat lagi.
Kelompok medis kemanusiaan Doctors Without Borders (MSF) melaporkan bahwa 79 anak meninggal di kamp pada tahun 2021.
Namun, sebagian besar kematian di kamp tersebut terkait dengan kejahatan.
Pada bulan Mei, Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengeluarkan peringatan, mengatakan bahwa enam setengah juta anak sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan di Suriah setelah lebih dari satu dekade kekacauan di Suriah.
Beberapa organisasi hak anak telah mencela bahwa banyak dari anak-anak di kamp-kamp ini sekarat karena “penyakit dan kematian yang dapat dihindari, kekerasan, air dan sanitasi yang buruk, dan sistem perawatan kesehatan yang terbatas.”
Data UNICEF menunjukkan bahwa dalam tiga bulan pertama tahun ini saja, 213 anak tewas atau terluka.
Sejak awal krisis tahun 2011, jumlah korban anak-anak telah meningkat menjadi 13.000 orang tewas dan terluka.
Selain itu, 5,8 juta anak-anak Suriah bergantung pada bantuan dari negara-negara tetangga yang menampung mereka.
Pada 10 November, Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia, Elena Dohan, meminta AS dan negara-negara lain untuk segera mencabut sanksi terhadap Suriah, yang menurutnya berdampak buruk pada situasi kemanusiaan yang dihadapi negara tersebut.
“Saya terkejut menyaksikan dampak besar dan luas dari tindakan pemaksaan sepihak yang diberlakukan di Suriah,” ungkap Dohan
menambahkan bahwa sanksi memperburuk “isolasi ekonomi dan keuangan sebuah negara yang rakyatnya berjuang untuk membangun kembali kehidupan yang bermartabat setelah satu dekade perang kehancuran.”
(Resa/The Cradle)