ISLAMTODAY ID- Menurut Haaretz bahwa pemerintah Israel telah mengakui bahwa dinas intelijen nasionalnya, Shin Bet, menggunakan basis data perusahaan telepon seluler untuk memantau aktivitas jurnalis, serta profesional lain yang dilatih untuk melindungi informasi istimewa, seperti dokter atau pendeta.
Dengan menggunakan database, agensi dapat mengetahui di mana seorang jurnalis berdasarkan lokasi ponsel mereka, serta dengan siapa mereka berbicara dan untuk berapa lama.
Hal ini diungkapkan Tel Aviv sebagai tanggapan atas petisi yang diajukan ke Mahkamah Agung oleh Asosiasi LSM untuk Hak Sipil di Israel (ACRI), yang meminta pengadilan untuk mencabut klausul dalam undang-undang yang mengatur operasi Shin Bet mengenai kekuatannya untuk meminta operator untuk menyerahkan informasi panggilan atau pesan, menurut Middle East Eye (MEE).
Undang-undang tersebut yang disahkan pada tahun 2002, telah dikritik karena sifatnya yang semi-rahasia karena tidak tunduk pada pengawasan publik, meskipun kepala Shin Bet wajib meminta izin dari perdana menteri dan jaksa agung setiap tiga bulan, dan setahun sekali di hadapan komite Knesset.
Mahkamah Agung kini sedang mengkaji peraturan tersebut karena menurut ACRI peraturan tersebut menimbulkan beberapa kesalahan inkonstitusional dengan melibatkan pelanggaran privasi dan merampas hak jurnalis atas perlindungan sumbernya.
“Pemerintah sekarang memiliki waktu tiga bulan untuk memberi tahu Mahkamah Agung apakah akan mengubah undang-undang ini atau tidak,” ungkap Haaretz, seperti dilansir dari The Cradle, Jumat (11/11).
Namun, negara Israel telah meminta Mahkamah Agung untuk menolak permintaan tersebut dengan alasan bahwa “pengumpulan data sangat penting untuk operasi badan tersebut” dan “telah memberikan bantuan penting dalam membongkar serangan teroris dan menyelamatkan nyawa”.
Pada tanggal 26 Oktober, pasukan Israel berhasil melacak dan membunuh setidaknya dua pemimpin faksi perlawanan Lion’s Den setelah menyusup ke infrastruktur kelompok menggunakan spyware Pegasus yang masuk daftar hitam.
Menurut surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, Pegasus membantu Tel Aviv mendapatkan “informasi intelijen yang akurat dan menggagalkan operasi [pembalasan]” oleh perlawanan.
(Resa/The Cradle)