ISLAMTODAY ID-Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperingatkan dalam sebuah laporan pada 11 November bahwa Afghanistan menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2021, yang menyebabkan peningkatan kerawanan pangan akut tahun ini.
Sejak Maret 2022, Afghanistan mengalami salah satu krisis kelaparan terbesar dan terparah di dunia yang mempengaruhi 22,8 juta orang dan setara dengan lebih dari setengah populasi.
Hal ini sebagai akibat dari kekeringan yang berkepanjangan, konflik yang dipimpin AS, ketidakstabilan politik dan Covid-19.
Kamar Pertanian dan Peternakan Afghanistan memperingatkan krisis pertanian pangan parah yang dihadapi negara itu dan meminta organisasi bantuan internasional untuk mendukung sektor pertanian.
“Kami meminta (FAO) untuk mendukung petani Afghanistan di tahun mendatang, dan pada pemerintah Taliban untuk mencegah kenaikan harga pangan,” ungkap wakil direktur Kamar Pertanian dan Peternakan (ACAL), Mirwais Hajizada, seperti dilansir dari The Cradle, Jumat (11/11).
Menurut statistik ACAL, lebih dari 40.000 hektar lahan pertanian hancur akibat banjir di seluruh Afghanistan.
Sementara itu, pemerintahan Presiden AS Joe Biden masih dalam proses memutuskan apakah akan mengembalikan setengah dari cadangan devisa Afghanistan yang saat ini disimpan di Bank Federal New York.
Awal tahun ini, Gedung Putih secara sepihak memutuskan untuk menyimpan setengah dari cadangan $7 miliar Afghanistan, dan separuh lainnya dialokasikan untuk membayar keluarga korban 11 September.
Negara lain memiliki sekitar $2 miliar cadangan Afghanistan.
Menurut PBB, krisis pangan Afghanistan semakin parah setelah Washington dan donor lainnya menghentikan bantuan yang mendanai 70 persen anggaran pemerintah.
Anggota parlemen AS juga memilih untuk melarang Afghanistan menerima bantuan kemanusiaan AS, sebagai bagian dari RUU yang menyetujui anggaran sebesar $839 miliar untuk militer AS.
Situasi menjadi sangat buruk sehingga dalam beberapa bulan terakhir pejabat Taliban menawarkan untuk menukar mineral, kismis, dan tanaman obat dengan Rusia dengan imbalan bahan bakar.
Selain mencuri cadangan Afghanistan, Washington juga mencuci tangannya dari beberapa kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan AS selama penarikan bencana tahun lalu.
(Resa/The Cradle)