ISLAMTODAY ID-Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Aviv Kochavi telah meminta Amerika Serikat untuk mengembangkan “rencana operasional” baru untuk menghadapi militer Iran.
Lebih lanjut, Kochavi mendesak pejabat tinggi pertahanan dan intelijen AS untuk “mempercepat” upaya bersama melawan Republik Islam.
Kochavi mengadakan serangkaian pertemuan dengan Ketua Kepala Staf Gabungan Mark Milley, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, dan Direktur CIA William Burns.
Dalam siaran pers pada hari Selasa (22/11), IDF mencatat bahwa dia membahas “ancaman Iran” dengan masing-masing pejabat yang dia ajak bicara sejak mendarat di AS pada Ahad (20/11) pagi.
“Kami berada pada titik kritis yang membutuhkan percepatan rencana operasional dan kerja sama melawan Iran dan proksinya di kawasan,” ungkap Kochavi setelah pertemuan, seperti dilansir dari RT, Rabu (23/11).
“Di satu sisi, Iran berada di bawah banyak tekanan ekonomi, militer dan internal, dan di sisi lain terus memajukan proyek nuklir.”
Selama pertemuannya dengan Jenderal Milley, kedua pejabat tersebut diduga membahas “memperkuat kerja sama antara tentara [AS dan Israel] melawan ancaman di wilayah tersebut, salah satunya adalah ancaman nuklir Iran,” menurut IDF.
Menurut pembacaan AS tentang pertemuan Kohavi dengan Sullivan, kedua belah pihak “menekankan tekad bersama mereka untuk mengatasi tantangan keamanan”.
Sementara Gedung Putih menegaskan kembali komitmennya untuk memastikan bahwa Iran tidak pernah memperoleh senjata nuklir.
Pejabat Israel telah mengklaim selama beberapa dekade bahwa Iran hampir mengembangkan bom atomnya sendiri, meskipun Republik Islam secara konsisten membantah rencana untuk membangun senjata nuklir.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengeluarkan fatwa (keputusan agama) terhadap semua senjata pemusnah massal pada tahun 2003.
Iran telah melewati banyak inspeksi oleh pengawas nuklir PBB di bawah kesepakatan besar yang ditandatangani dengan kekuatan dunia pada tahun 2015.
Namun, setelah Washington secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir di bawah Presiden Donald Trump, Teheran terus mengurangi kepatuhannya, meningkatkan pengayaan uraniumnya dan membangun sentrifugal canggih baru sambil menuntut diakhirinya sanksi AS.
Iran tetap bersikeras bahwa langkah-langkah tersebut tidak mengindikasikan sedang mencari senjata nuklir, meskipun tuduhan terus berlanjut dari Amerika Serikat dan Israel.
(Resa/RT)