ISLAMTODAY ID-Setelah jet tempur siluman AS menembak jatuh balon mata-mata China di lepas pantai Carolina Selatan pada Sabtu sore, reaksi dari Beijing tiba-tiba berubah dari mengungkapkan penyesalan menjadi defensif dan marah.
Kementerian Luar Negeri China menerbitkan sebuah pernyataan pada Ahad (5/2/2023) pagi yang menyatakan “ketidakpuasan dan protes yang kuat terhadap penggunaan kekuatan AS untuk menyerang kapal udara tak berawak sipil”.
“China akan dengan tegas menjunjung tinggi hak dan kepentingan sah perusahaan yang relevan, dan pada saat yang sama berhak untuk mengambil tindakan lebih lanjut sebagai tanggapan,” ungkap kementerian itu, seperti dilansir dari ZeroHedge, Ahad (5/2/2023).
Kementerian melanjutkan bahwa pihak China dengan jelas meminta agar AS menangani hal ini dengan tenang, profesional, dan terkendali.”
Ia menambahkan:”Bagi Amerika Serikat yang bersikeras menggunakan kekuatan bersenjata jelas merupakan reaksi yang berlebihan.”
Pada hari Rabu, Presiden Biden ingin meledakkan balon dari langit, meskipun pejabat Pentagon membujuknya untuk menunggu sampai balon mata-mata tersebut aman di atas Samudera Atlantik.
Beijing telah menyatakan bahwa balon tersebut secara tidak sengaja membelok keluar jalur dan terutama disebabkan “keperluan meteorologi”.
Namun tidak demikian menurut Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, dia menuduh China menggunakan balon tersebut untuk “mengawasi situs-situs strategis di benua Amerika Serikat.”
Insiden tersebut memaksa Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untuk menunda perjalanan akhir pekannya ke Beijing.
Hal ini menunjukkan pembicaraan tingkat tinggi antara kedua negara dalam rangka meredakan ketegangan tidak akan terjadi untuk beberapa waktu.
“Insiden ini memberi tahu kita bahwa kita belum menemukan dasar hubungan itu,” ungkap Drew Thompson, peneliti senior tamu di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Singapura, kepada Bloomberg.
“Hubungannya tidak menuju ke arah yang positif dan bisa memburuk lebih lanjut.”
Bahkan sebelum akhir pekan ini, Presiden Biden meningkatkan perang teknologi melawan China untuk memastikan kemampuan pembuatan chip mereka dibatasi.
Sementara itu, Jenderal Mike Minihan, kepala Komando Mobilitas Udara AS, pekan lalu memperkirakan konflik besar antara AS dan China mungkin terjadi pada “2025” — sebagai akibat dari invasi China ke Taiwan.
Dan Partai Republik telah menghabiskan beberapa hari terakhir mengkritik tanggapan balon pemerintahan Biden.
“Apakah Trump akan membiarkan China menerbangkan balon mata-mata ke negara kita?” Perwakilan Jim Jordan tweeted. “Apakah Reagan? JFK? Truman? Tidak, tidak, dan tidak.”
Senator Republik Carolina Selatan Tim Scott juga men-tweet, “balon itu seharusnya ditembak jatuh sebelum melintasi benua Amerika Serikat, bukan setelahnya,” menambahkan bahwa insiden itu adalah “kelalaian tugas Biden.”
Namun, Bussiness Insider menunjukkan dugaan balon pengintai melanggar wilayah udara AS selama tahun-tahun Trump meskipun pejabat AS tidak pernah mengumumkannya hingga minggu lalu.
Sementara itu, pemerintah Venezuela mengutuk keputusan AS untuk menembak jatuh balon China di perairan teritorial AS di lepas pantai Carolina Selatan.
“Pemerintah Republik Bolivarian Venezuela menolak serangan oleh Amerika Serikat terhadap pesawat tak berawak asal China yang bersifat sipil yang telah menunjukkan kegagalan teknis dan tidak mewakili ancaman militer atau fisik apa pun terhadap orang-orang di lapangan,” ungkap Kementerian Luar Negeri Venezuela pada Ahad (5/2/2023), seperti dilansir dari Sputniknews, Senin (6/2/2023).
Kementerian menekankan bahwa Venezuela mendukung dialog sebagai sarana penyelesaian berbagai konflik secara damai.
“Sekali lagi, Amerika Serikat menggunakan kekuatan, alih-alih memperlakukan situasi ini dengan keseriusan dan tanggung jawab yang pantas untuk kasus ini,” ungkap kementerian itu.
(Resa/ZeroHedge/Sputniknews)