ISLAMTODAY ID-Mantan presiden Taiwan Ma Ying-jeou berkunjung ke China pada hari Senin (27/3/2023) dalam perjalanan penting.
Hal tersebut merupakan kunjungan pertama sejak tahun 1940-an sejak hubungan antara kedua belah pihak memburuk.
Ma mengatakan dia berharap dapat mewujudkan perdamaian dan meningkatkan hubungan melalui interaksi anak muda.
Ma, yang menjabat dari 2008-2016, akan menjadi presiden Taiwan pertama atau saat ini yang mengunjungi China sejak pemerintah Republik China yang kalah melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 pada akhir perang saudara dengan Komunis, yang masih berlangsung hingga hari ini.
Perjalanan itu dilakukan selama ketegangan yang meningkat antara Beijing dan Taipei karena China terus melakukan tekanan militer dan politik untuk mencoba dan membuat Taiwan yang demokratis menerima kedaulatan China.
Ma bertemu Presiden China Xi Jinping di Singapura pada akhir 2015 tak lama sebelum presiden Taiwan saat ini, Tsai Ing-wen, memenangkan pemilihan.
Dalam wawamcara dengan wartawan di bandara internasional utama Taiwan di Taoyuan, Ma, 73 tahun, mengatakan dia “sangat senang” melakukan perjalanan di mana dia akan berbicara dengan para siswa dan memberikan penghormatan kepada makam leluhurnya di China.
“Selain akan memberikan persembahan kepada leluhur saya, saya juga membawa mahasiswa universitas Taiwan ke daratan untuk bertukar dengan mereka, berharap dapat meningkatkan suasana lintas selat saat ini melalui antusiasme dan interaksi anak muda, sehingga perdamaian dapat datang lebih cepat dan lebih tepat daripada kita di sini,” ungkapnya dalam sambutan singkat, seperti dilansir dari TRTWorld, Senin (27/3/2023).
Selat Taiwan Memanas
Ma adalah anggota senior partai oposisi utama Taiwan, Kuomintang (KMT), yang mendukung hubungan dekat dengan China meskipun membantah keras pro-Beijing.
KMT mengatakan penjangkauan ke China diperlukan sekarang lebih dari sebelumnya mengingat ketegangan di Selat Taiwan.
China telah menolak seruan berulang kali Tsai untuk berunding, percaya bahwa dia adalah seorang separatis.
Dia mengatakan hanya orang Taiwan yang bisa memutuskan masa depan mereka.
Ma tidak dijadwalkan untuk bertemu dengan pejabat senior China saat berada di sana, tetapi kepala yayasannya mengatakan pekan lalu Ma akan “bersedia menjadi tuan rumahnya” jika mereka mengatur pertemuan seperti itu.
Ma ditemui di bandara oleh pendukung dan demonstran yang marah dari kelompok pro-kemerdekaan Kantor Republik Taiwan, yang hanya diizinkan untuk menunjukkan spanduk mereka di dalam bandara untuk waktu yang singkat sebelum diusir oleh polisi.
Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di Taiwan mengkritik Ma karena pergi pada hari Senin (27/3/2023), mengatakan itu tidak pantas mengingat mantan sekutu lama Taiwan Honduras telah mengakhiri hubungan dengan Taipei dan mendukung Beijing sehari sebelumnya.
(Resa/TRTWorld)