ITD NEWS —Rusia dan China telah memperlihatkan diri tidak cocok dengan sistem internasional yang dibangun di bawah naungan Barat setelah Perang Dingin. Karena itu mereka berusaha untuk menumbangkannya bersama-sama.
“Kami berharap dunia akan menjadi tempat yang lebih baik, dan kami memiliki alasan untuk mempercayainya. Pada saat yang sama, kami sangat menyadari bahwa masa depan cerah, tetapi jalannya berliku.” Sebut Xi Jinping
Pernyataan Xi Jinping di Moskow, Rusia ini, menggemakan argumen bahwa beberapa tahun terakhir ini situasi penuh liku-liku, dan dunia mungkin akan mengalami salah satu perubahaan yang paling besar dekade ini.
Pernyataan Xi Jinping ini adalah kekhasan budaya politik China dimana pemilihan kalimat yang digunakan selalu dipoles dengan baik, sehingga tidak banyak timbulkan pertentangan, namun tentunya kita dapat menangkap sinyal indikator perubahan garis politik China pasca Xi Jinping dilantik sebagai Presiden ketiga kalinya.
Perubahaan Arah Pembangunan China Pasca 2008
Situasi di China saat ini dalam pemerintahan Xi telah berupaya kembali pada proyek pembangunan negara yang tepat, yang pada era keemasan globalisasi China di tahun 2000an, berakhir dengan krisis 2008.
Setelah 2008 kemudian menjadi jelas bahwa sistem global mulai mengalami gangguan serius, yang mengatasinya akan menjadi tugas utama setiap pemain utama termasuk China.
Setelah bertahun-tahun pasca krisis 2008 China terbukti dapat mengatasi resesi lebih cepat dan lebih mudah daripada yang lain dan memperkuat posisi mereka di kancah internasional.
Dan penguasa lama, AS yang merasa khawatir akan pertumbuhan China ini menjadikan Beijing sebagai pesaing utama yang mampu menantang hegemon dunia.
Xi sangatlah berperan dalam menentukan arah pembangunan negaranya dimana pemikirannya sangatlah dipengaruhi oleh pengalaman para pemimpin China serta filsafat klasik hingga berbagai tahap konstruksi pemikiran sosialis.
Perpaduan tradisi kuno dengan perkembangan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) modern membuat dekade awal kepempinan Xi dan Partai Komunis China (PKC) ditandai dengan eskalasi cepat China menyebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia melalui proyek BRI (Belt & Road Initiative) atau yang sering disebut jalur sutra modern.
Rencana XI dan PKC pada awalnya adalah memperkuat China untuk menyebarkan pengaruh dan mempertahankan perkembangan ekonomi serta menghindari keterlibatan dalam konflik internasional.
Namun, tindakan provokatif dari kekuatan eksternal yakni AS dan skeutunya, membuat Beijing harus melawan serta terjun dalam konflik yang ciptakan Barat ini.
China, melihat krisis Taiwan dan Ukraina yang dikobarkan Barat memperlihatkan era damai di dunia ini telah berakhir dan untuk mendapatkan kejayaan di era ini diperlukan peran yang lebih aktif dalam konflik-konflik internasional yang terjadi.
Bangkitnya Kekuatan Rusia dibawah Kekuasaan Putin
Di Rusia, sepuluh tahun terakhir merupakan periode perkembangan lambat dimana dekade ini adalah periode penurunan pengaruh yang tajam serta pemulihan yang sulit. situasi ini akibat dari Rusia yang menghadapi kelelahan model pembangunan sebelumnya.
Sejak akhir 1980-an, fokus Rusia adalah integrasi ke dalam sistem internasional yang didominasi oleh Barat. Rusia telah membuat kemajuan namun, pada akhir 2000-an dan terutama pada awal 2010-an, keterbatasan Rusia untuk melakukan integrasi telah menjadi jelas.
Pertama, dalam faktor ekonomi: aktor eksternal secara alami tidak tertarik melihat Rusia naik di atas level tertentu, dan ada kurangnya kemauan di pihak Rusia untuk memastikan bahwa penghalang ini dapat diatasi secara mandiri.
Kedua, konflik geopolitik mulai meningkat dengan cepat khususnya paska 2014 aneksasi Rusia atas Krimea membuat Barat kian membombardir Rusia dengan sanksi-sanksi.
Situasi diatas telah membuat Rusia terseok-seok pada periode di 2010-an, akan tetapi pasca terjadinya perang di Ukraina di periode 2020-an kepemipinan Rusia Vladimir Putin mendapatkan momentum penting dalam menciptakan perubahaan bagi negaranya.
Kekuatan Rusia dalam menahan sanksi-sanksi Barat serta langkah-langkah untuk bekerjasama dengan China dan negara-negara dunia selatan membuat posisi Rusia kembali diperhitungkan di kancah internasional.
Selain itu, pemulihan hubungan antara Moskow dan Beijing saat ini, terlepas dari berbagai basis oportunistik, memiliki landasan yang cukup kokoh serta tujuan yang nyata yaitu bersama-sama menjatuhkan sistem internasional yang dibangun di bawah naungan Barat yang telah membuat Rusia & China terus terpojok.
Setelah pembicaraannya dengan Putin, Xi berkata: “Hubungan Tiongkok-Rusia telah melampaui hubungan bilateral dan sangat penting bagi tatanan dunia modern dan takdir umat manusia.”
Dengan kata lain, dia melihat ikatan mereka merupakan fenomena holistik dan, dengan demikian, berfungsi sebagai faktor pengait dalam tatanan dunia. Ikatan yang bisa digambarkan sebagai hubungan aliansi baru antara China-Rusia melawan AS & Barat. (Rasya)