(IslamToday ID) – Aliansi intelijen Five Eyes menggelar pertemuan di Jepang pada Rabu, untuk pertama kalinya diadakan di negara non-anggota. Langkah ini mencerminkan posisi strategis Tokyo dalam pengumpulan informasi terkait China, seperti dilaporkan oleh Nikkei Asia.
Para ahli China memperingatkan ambisi Jepang untuk bergabung dengan Five Eyes, tetapi menilai bahwa negara-negara anggota aliansi yang mayoritas berasal dari Anglo-Saxon cenderung menganggap Jepang sebagai “outsider”. Para analis menyebut Jepang hanya dimanfaatkan untuk kepentingan hegemoni kelompok tersebut.
Keputusan mengadakan pertemuan di Jepang menunjukkan pentingnya negara itu sebagai basis pengumpulan intelijen di kawasan Indo-Pasifik, ungkap laporan Nikkei Asia. Pertemuan ini melibatkan negara anggota Five Eyes—AS, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru—sebagai bagian dari konferensi lebih luas yang diadakan di Tokyo bersama petinggi Pasukan Bela Diri Jepang (Self-Defense Forces), menurut Japan Times.
Meski ini pertama kali pertemuan Five Eyes diadakan di luar negara anggota, Jepang sebelumnya sudah terlibat dalam kegiatan serupa. Pada Oktober lalu, Pasukan Bela Diri Jepang diundang untuk menghadiri pertemuan di Kanada, seperti dilaporkan Nikkei Asia.
Jepang telah lama berupaya meningkatkan statusnya dengan menjadi anggota Five Eyes. Untuk mewujudkan ambisi ini, Jepang terus menyelaraskan diri dengan aliansi tersebut di berbagai bidang, termasuk militer, keamanan, politik, dan budaya, jelas Zhou Yongsheng, Wakil Direktur Pusat Studi Jepang di Universitas Urusan Luar Negeri China, kepada Global Times.
Meski peluang Jepang menjadi anggota keenam Five Eyes semakin besar, keanggotaan tersebut tergantung pada negosiasi antaranggota. Five Eyes bukan sekadar aliansi berbagi intelijen, tetapi juga berakar pada warisan etnis dan budaya yang sama, di mana semua anggota berasal dari Anglo-Saxon. Hal ini membuat Jepang, yang tidak memiliki kesamaan latar belakang tersebut, tetap dianggap “outsider,” tambah Zhou.
Dengan menawarkan insentif seperti menjadikan Tokyo tuan rumah pertemuan, aliansi Five Eyes menciptakan persepsi bahwa Jepang sangat dihargai. Namun, menurut Lü Chao, peneliti studi Asia Timur Laut di Akademi Ilmu Sosial Liaoning, kolaborasi ini lebih menguntungkan kepentingan hegemoni Five Eyes dalam membentuk konfrontasi blok.
Pertemuan ini berlangsung di tengah dinamika geopolitik yang berubah. Dalam pertemuan APEC dan KTT G20 baru-baru ini, China menunjukkan peran penting dalam mempromosikan perdamaian dan pembangunan global. Di sisi lain, langkah Jepang untuk mendekat atau bahkan bergabung dengan Five Eyes dinilai tidak sejalan dengan kepentingan nasionalnya, terutama dengan Perdana Menteri Shigeru Ishiba yang aktif menjalin hubungan dengan China.
Sejak implementasi strategi Indo-Pasifik oleh AS, aliansi Five Eyes semakin memperkuat interaksi intelijen dan militer di kawasan ini, yang memicu ketidakpastian besar. Langkah terbaru ini diperkirakan akan menambah keresahan di antara negara-negara regional, pungkas Lü.[sya]