(IslamToday ID) – Rusia baru-baru ini menguji sistem rudal hipersonik terbaru mereka, Oreshnik, sebagai respons terhadap penggunaan senjata jarak jauh oleh NATO dan Amerika Serikat dalam konflik di Ukraina. Uji coba ini menjadi peringatan serius bagi Barat, menunjukkan bahwa eskalasi militer akan membawa konsekuensi berat. Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa rudal ini dapat mencapai target di negara NATO dengan kecepatan Mach 10, yang hampir mustahil untuk diintersepsi oleh sistem pertahanan Barat.
Dalam pidatonya, Putin menekankan bahwa Oreshnik dirancang untuk melindungi keamanan nasional Rusia dari agresi NATO. “Kami berhak menyerang instalasi militer negara-negara yang mengizinkan senjatanya digunakan melawan fasilitas kami,” kata Putin. Uji coba ini diklaim menghantam pabrik rudal Yuzhmash di Dnipropetrovsk, Ukraina, yang menurut intelijen Rusia digunakan untuk merakit rudal balistik jarak pendek oleh NATO.
Sistem rudal Oreshnik memiliki jangkauan menengah antara 1.000 hingga 3.000 km dan dapat diluncurkan dalam waktu singkat. Dengan kemampuan Multiple Independent Reentry Vehicles (MIRV), satu rudal dapat membawa hingga enam hulu ledak konvensional yang masing-masing mampu menyasar target berbeda. Dalam simulasi, Oreshnik dapat mencapai London dalam 19 menit, Brussels dalam 14 menit, Berlin dalam 11 menit, dan Warsawa hanya dalam 8 menit.
Penggunaan Oreshnik adalah bukti superioritas Rusia dalam eskalasi konvensional, seperti yang dijelaskan oleh pakar militer Andrei Martyanov. Ia menyatakan bahwa NATO tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan serangan jarak jauh Rusia. Selain itu, Rusia telah berjanji untuk memberikan peringatan kepada warga sipil sebelum serangan rudal, tetapi tetap memperingatkan risiko besar bagi mereka yang tidak mengungsi.
Eskalasi ini dipicu oleh keputusan AS untuk mengizinkan Ukraina menggunakan rudal ATACMS untuk menyerang wilayah Rusia, termasuk Kursk dan Bryansk. Sebagai tanggapan, Rusia menunjukkan kekuatannya dengan menggunakan sistem senjata terbaru. Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, dengan tajam menyatakan, “Itu yang kalian inginkan? Sekarang kalian mendapatkannya!”
Langkah Rusia ini juga menjadi pengingat keras bahwa konflik di Ukraina telah melampaui batas Operasi Militer Khusus (Special Military Operation). Kini, konflik ini semakin terlihat sebagai perang terbuka antara NATO dan Rusia. Meskipun Oreshnik tidak membawa muatan nuklir, keberadaannya cukup untuk mengubah dinamika konflik dan mengancam strategi NATO.
Penting untuk diingat, keputusan AS pada 2019 untuk keluar dari Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF) telah membuka jalan bagi Rusia untuk mengembangkan sistem rudal ini. Jika perjanjian itu masih berlaku, pengembangan Oreshnik mungkin tidak akan terjadi. Dengan waktu yang semakin mendekati transisi pemerintahan AS, eskalasi ini menempatkan dunia dalam ketegangan geopolitik yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebagai penutup, uji coba Oreshnik adalah pengingat nyata akan konsekuensi dari eskalasi agresi militer Barat terhadap Rusia. Dengan kemampuan hipersoniknya, rudal ini memperkuat posisi Rusia sebagai kekuatan global yang tidak dapat diremehkan, sekaligus mengirimkan pesan kuat kepada NATO untuk berpikir ulang sebelum mengambil langkah lebih jauh.[sya]