JOGJA, (IslamToday) – Pihak takmir Masjid Kampus UGM kecewa dengan sikap rektorat yang telah membatalkan acara kuliah umum dengan pembicara Ustaz Abdul Somad (UAS). Pihak takmir menyebut keputusan itu diambil karena UGM tak menyukai sosok UAS.
“UGM nggak menyukai UAS. Tolong dicatat baik-baik, karena saya tadi sudah mengatakan, saya ini orang jujur, saya nggak mau berbohong,” kata Ketua Takmir Masjid Kampus UGM, Mashuri Maschab, Rabu (9/10/2019).
“Saya nggak akan menutup-nutupi. Saya akan berbicara ke publik, apa yang sebenarnya terjadi. Karena yang melarang (kuliah umum UAS di Masjid Kampus UGM) bukan saya,” ungkapnya.
Ketidaksukaan UGM terhadap UAS ditangkap Mashuri saat ia bertemu dengan Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan, Djagal Wiseso dan Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset, Bambang Agus.
Dalam pertemuan itu, kata Mashuri, pimpinan kampus menghendaki agar kuliah umum UAS dibatalkan. Berbagai macam alasan dikemukakan pimpinan UGM, di antaranya UGM mendapat desakan dari alumni dan sosok UAS dianggap kontroversial.
“Alasannya macam-macam, katanya dia (UAS) kontroversial. Tapi yang disebut itu karena banyak tekanan dari alumni, macam-macam. Kalau kita bicara tekanan, itu kan harus balance, ada yang pro dan kontra, itu harus diperhatikan,” jelas Mashuri seperti dikutip di Detik.
Saat ditanya apakah alumni yang mendesak UGM adalah pengurus Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), Mashuri mengatakan, pimpinan kampus tak menyebut secara spesifik.
“Dia (Djagal Wiseso) nggak bilang. Sampai saya bilang alumni itu apa yang sering ke masjid, yang berinfak ke masjid (kampus UGM)? Kalau alumni (mendesak) pakai WA, dia tinggal di Jakarta, di Manado, ya kan nggak fair kalau dijadikan alasan,” tegasnya.
Mashuri juga bercerita mengenai alasan pihaknya mengundang UAS untuk mengisi kuliah umum di Masjid Kampus UGM. Menurutnya, takmir masjid memiliki sejumlah program kajian, salah satunya kajian profetik mengenai relasi agama dan ilmu pengetahuan. Untuk itu, pihak takmir selalu berupaya mengadakan kajian yang rasional.
Sementara itu, dalam setiap kegiatannya, pihak takmir tidak pernah mengadakan tablig akbar. Untuk itu, kegiatan yang sedianya diisi oleh UAS dikemas dalam bentuk kuliah umum.
“Kita tahu bahwa ada banyak ustaz, tapi tidak banyak ustaz yang cerdas dan berilmu. Dalam arti punya basic atau pemahaman terhadap ilmu di luar agama. Nah, dalam pandangan kami, UAS ini punya,” pungkas Mashuri.
Surat untuk UAS
Mashuri pun meminta pimpinan UGM berkirim surat ke UAS terkait batalnya kuliah umum di Masjid Kampus UGM. Sebab pembatalan itu adalah kehendak pimpinan kampus, bukan takmir.
“Ya sudah, dibatalkan silakan. Tapi UGM harus buat surat mengambil alih masalah ini, saya ngikuti. Buat surat resmi, saya diberi tembusan,” ujarnya.
“Sekali lagi ya, Pak Djagal tadi menjanjikan seperti yang saya minta. Karena UGM merasa berwenang, ya sudah kalau gitu buat saja surat resmi ke UAS bahwa UGM (menolak kuliah umum),” sambung Mashuri.
Meski menerima keputusan pimpinan kampus, namun Mashuri mengingatkan bahwa UGM adalah lembaga pendidikan yang independen. Sementara, melalui sikap UGM yang menolak kuliah umum UAS, bagi Mashuri justru memperlihatkan bahwa UGM memihak salah satu kekuatan.
“Saya mengingatkan, kalau sikap UGM seperti ini, UGM telah menjadi bagian dari satu kekuatan, telah berpihak. Itu kan nggak bagus bagi UGM. Harusnya sebagai lembaga keilmuan, orang diberi kesempatan. Sebelum tahu sudah bersikap apa yang kita (takmir) lakukan di masjid,” tutupnya. []