JAKARTA, (IslamToday ID) – BUMN-BUMN yang kondisinya sekarat (dead weight) akan ditutup atau digabung (merger) dalam waktu dekat. Tidak hanya BUMN, tapi juga anak hingga cucu BUMN. Namun, realisasi rencana itu masih menunggu mandat dari Presiden Jokowi.
“Dalam bentuk apa kita tunggu nanti, Perpres atau peraturan menteri keuangan. Kita ini kan pengelola aset, bukan pemilik aset. Makanya saya sering bilang ke direksi, kalian itu pengelola aset bukan pemilik aset,” kata Menteri BUMN Erick Thohir, Jumat (21/2/2020).
Meski begitu, ia tak ingin terburu-buru memetakan BUMN mana saja yang akan ditutup atau digabungkan. Erick memperkirakan pemetaan BUMN yang masuk dalam rencana ditutup atau digabungkan rampung dalam tiga bulan.
Erick mengaku perlu adanya kajian matang terkait hal ini. Pasalnya, terkadang ada BUMN yang mengalami kerugian saat ini lantaran tengah mendapatkan penugasan khusus dari pemerintah, namun memberikan dampak yang besar bagi masyarakat.
“Kita tidak mau grasa-grusu (terburu-buru), tak sekadar menutup atau menggabungkan, tapi lihat juga model bisnisnya karena ada BUMN yang sangat public service seperti pupuk dan Bulog, ada juga (BUMN) yang merem-melek, keuangannya merosot. Itu harus dipikirkan, makanya kita tunggu kebijakan presiden,” ucap Erick.
Ia mendorong peran aktif direksi dan komisaris BUMN untuk melaporkan kondisi perusahaan dan anak-cucu usaha. Erick menilai direksi dan komisaris yang jauh lebih memahami kondisi perusahaan masing-masing.
Erick mengambil contoh usulan direksi dan komisaris Garuda Indonesia kepada dirinya untuk menutup atau menggabungkan lima anak usaha Garuda. Salah satunya PT Garuda Tauberes Indonesia.
“Itu bukan saya yang minta, mereka yang review. Direksi dan komisaris lebih tahu. Makanya penting peran pengawasan komisaris. Jangan kebalik mereka ada job desk, selama ini mohon maaf kejadian direksi tak mau diawasi komisaris. Kita mau perkuat komisaris,” kata Erick.
Ia menegaskan pentingnya fungsi komisaris sebagai kepanjangan tangan Kementerian BUMN. Kata Erick, tidak mungkin Kementerian BUMN sendiri yang melakukan pengawasan terhadap 142 BUMN serta ratusan anak dan cucu usaha BUMN.
Terkait BUMN yang sehat, Erick mengaku sudah ada sebanyak 10 BUMN yang menyampaikan rencana bisnis dalam lima tahun ke depan.
“Saya minta bisnis plan lima tahun ke depan, paling 10 yang sudah masuk. Yang rajin perbankan, Pertamina, PLN, dan Inalum juga sudah,” ujar Erick.
Ia menambahkan salah satu yang ditunggu rencana bisnis BUMN, yakni PT Telkom Indonesia Tbk. “Telkom kita lagi tunggu, mudah-mudahan pembicaraan saya mengenai Telkom kemarin membuat lebih semangat,” katanya. (wip)
Sumber: Republika.co.id, Rmol.id