IslamToday ID — Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin (KMA) menekankan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terlibat dalam penanganan pandemi Covid-19.
Menurutnya, Umat Islam tak perlu khawatir soal kesesuaian syariat Islam dalam berbagai protokol penanganan Covid-19.
Bahkan Wapres KMA mengatakan, selama ini fatwa MUI banyak menjadi acuan, seperti dalam ibadah salat Jumat, salat Idul Fitri, Idul Adha, dan pembayaran zakat yang dapat dipergunakan penanggulangan pandemi, termasuk tata cara beribadah bagi tenaga medis yang menggunakan baju hazmat.
“Karena mereka tidak mudah membuka bajunya, bagaimana sulitnya melakukan salat seperti biasa, melakukan ruku, sujud dengan sempurna. Itu (dari MUI) ada panduannya,” jelasnya dalam dialog dengan Juru Bicara #SatgasCovid-19 Reisa Broto Asmoro, Jumat (16/10) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Menurut KMA, panduan itu merupakan bukti fatwa MUI menjadi rujukan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan untuk mengutamakan keselamatan rakyat.
“Untuk vaksin, saya sudah minta (MUI) dilibatkan dari mulai perencanaan, pengadaan vaksin, kemudian pertimbangan kehalalan vaksin, audit di pabrik vaksin termasuk kunjungan ke fasilitas vaksin di RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Kemudian juga terus mensosialisasikan ke masyarakat dalam rangka vaksinasi,” paparnya.
Ia menekankan bahwa vaksin yang akan diberikan ke masyarakat harus mengantongi sertifikat halal dari lembaga yang memiliki otoritas, dalam hal ini adalah MUI.
“Tetapi kalau tidak halal, namun tidak ada solusi selain vaksin tersebut, maka dalam situasi darurat bisa digunakan dengan penetapan yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia,” tandasnya.
Wapres pun berpesan agar masyarakat tetap istiqomah dan tidak boleh menyerah dalam menegakkan protokol kesehatan. Kepada para petugas, ia meminta agar sosialisasi dilakukan secara masif, berikut edukasi tentang upaya pemerintah.
Ia berharap pendekatan dilakukan dengan baik, terutama di daerah-daerah sumber penularan.
Sosialisasi tersebut antara lain mengenai pelaksanaan protokol kesehatan yang terdiri atas #ingatpesanibu untuk #pakaimasker, #cucitangan pakai sabun, serta #jagajarak dan hindari kerumunan.
Singgung Vaksin Covid-19 dan Ajaran Islam
Ia memberikan jaminan bahwa keberadaan vaksin Covid-19 sejalan dengan syariat Islam dan hadis Nabi Muhammad SAW.
Menurut KMA, pengadaan vaksin itu disebut sebagai bentuk upaya ikhtiar mencegah penyakit.
Wapres mengatakan, keberadaan vaksin merupakan salah satu tujuan yang disyariatkan ajaran Islam, yakni maqashid asy-syariah yang mencakup lima hal, masing-masing adalah menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga harta, menjaga keturunan dan menjaga akal.
“Dalam keadaan yang tidak normal seperti masalah pandemi, menjaga keselamatan jiwa menurut syariat itu nomor satu. Karena menjaga jiwa tidak ada alternatifnya, tidak bisa digantikan yang lainnya. Maka harus diutamakan,” jelasnya dalam dialog bersama #SatgasCovid19 yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden pada Jumat (16/10).
Wapres KMA memastikan bahwa vaksin yang akan disuntikkan pada jutaan masyarakat Indonesia itu telah melalui beberapa tahap uji klinis. Pengadaan vaksin pun dinilai merupakan upaya ikhtiar mencegah penyakit.
“Berobat itu ada dua macam, ada yang kuratif dan preventif. Kalau kuratif sudah terjadi diobati. Lalu preventif itu sebelum terjadi,” tukasnya.
Menurutnya, Imunisasi termasuk upaya preventif. Dalil umum dalam agama Islam menyebutkan ada lima hal sebelum datang lima hal. Pertama, umat Islam harus bersiap pada masa mudanya sebelum merasa tua; kedua, persiapkan masa sehat sebelum sakit; ktiga, persiapkan masa kaya sebelum miskin; keempat, persiapkan masa luang sebelum sibuk; dan kelima, persiapkan masa hidup sebelum mati.
“Nah ini kan preventif, ada perintah agama supaya kita menjaga kesehatan. Jadi masa sehat harus kita persiapkan mencegah terjadinya sakit. Jadi itu dalil imunisasi,” paparnya, dilansir dari CNN Indonesia.
Sebelumnya, pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin. Tim ini diharapkan melakukan persiapan, pendayagunaan, peningkatan kapasitas serta kemampuan nasional dalam mengembangkan vaksin. Pelaksanaannya dipimpin Lembaga Biologi dan Molekuler Eijkman bekerjasama Kementerian Kesehatan dan Kementerian Riset dan Teknologi.
Oleh karena itu, Ia pun meminta masyarakat memberi dukungan kepada pemerintah dari tahapan persiapan hingga vaksinasi. Masyarakat juga diharapkan tidak terpengaruh berita-berita bohong yang disebarkan pihak-pihak tidak bertanggung jawab
“Masyarakat bisa mengikuti informasi-informasi melalui keterangan resmi yang disampaikan pemerintah. Jangan percaya informasi yang belum terkonfirmasi kebenarannya,” tandasnya.[IZ]