ISLAMTODAY ID -– Presiden Jokowi menyampaikan bahwa perekonomian nasional kini mulai pulih dan tumbuh bangkit setelah terdampak pandemi Covid-19 selama delapan bulan terakhir ini.
Menurut Jokowi, Pandemi Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal kedua menjadi minus 5,32 persen. Namun, di kuartal tiga ini, pertumbuhan ekonomi semakin membaik meskipun masih tumbuh minus 3,49 persen.
“Perekonomian kita sudah mulai ke arah pulih dan bangkit. Pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal ke tiga tumbuh minus 3,49 persen year on year artinya sudah mengalami peningkatan, pertumbuhan ekonomi 1,83 persen di kuartal ketiga dibandingkan kuartal yang kedua,” ujar Jokowi dalam sambutannya dalam HUT Partai Nasdem melalui daring, Rabu (11/11).
Pandemi dinilai menyebabkan pengangguran semakin meningkat menjadi 6,9 juta dan menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan.
Presiden mengatakan, berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini membutuhkan kerja keras yang ekstra dari biasanya.
Menurut Jokowi, meski kondisi perekonomian kini mulai membaik, ia mengingatkan agar pemerintah dan seluruh pihak lainnya tak berpuas diri.
Ia menekankan bahwa, pekerjaan rumah lainnya masih harus diselesaikan seperti membuka lapangan kerja, meningkatkan UMKM agar mampu bersaing di pasar global, dll.
Presiden mengatakan, Indonesia pun telah mendapatkan fasilitas GSP dari Amerika Serikat. Fasilitas berupa keringanan biaya masuk barang Indonesia ke Amerika inipun dimintanya agar dimanfaatkan dengan baik. Sehingga produk-produk dalam negeri dapat lebih bersaing dengan produk dari luar negeri.
“Bahkan maknanya lebih dari itu, bahwa kita semakin memperoleh kepercayaan besar dari masyarakat internasional,” imbuhnya, dilansir dari Republika.
Kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia serta kemunduran negara akibat pandemi Covid harus dijadikan sebagai momentum untuk mengejar ketertinggalan. Salah satunya yakni dengan diterbitkannya UU Cipta Kerja.
Ia mengklaim bahwa UU Cipta Kerja akan mampu memberdayakan UMKM secara maksimal, menciptakan peluang kerja yang lebih besar, mempercepat industrialisasi dalam negeri, serta memperkuat sektor strategis terutama pangan, kesehatan, dan energi.
Bahkan Jokowi mengatakan, setiap perubahan dan restorasi secara besar-besaran seringkali justru menimbulkan kesalahpahaman, terlebih jika tidak dikomunikasikan dengan baik.
“Tetapi kita harus juga maklum bahwa persaingan membutuhkan kecepatan. Momentum yang sempit dalam persaingan global harus direspons dengan cepat,” tandasnya.[IZ]