(IslamToday ID) – Peneliti senior Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Malik Ruslan menyatakan kondisi KPK saat ini telah menjadi rumpun eksekutif, sehingga dalam tindakannya disesuaikan dengan selera eksekutif (pemerintah).
“Masa depan KPK ini agak bermasalah, atau paling tidak mungkin bangsa ini mau dibawa menyesuaikan dengan selera eksekutif,” kata Malik di acara webinar bertajuk “Evaluasi dan Prospek Hukum Demokrasi: Mungkinkah KPK Bangkit Kembali?”, Ahad (29/11/2020).
Menurutnya, ketika KPK sudah diposisikan sebagai rumpun eksekutif, maka fokus KPK akan bergeser dari visi ke institusi.
“Siapa yang menguasai eksekutif akan mengendalikan KPK, bukan tidak mungkin, siapa yang menguasai eksekutif akan mengendalikan KPK,” ujar Malik.
Sehingga kata Malik, ketika terjadi saling amputasi antar institusi, maka perburuan kekuasaan akan terjadi, misalnya Pilpres maupun Pilkada.
“Nah ini bisa jadi akan saling mengamputasi untuk mencapai tujuan. Di mana kadang-kadang tanpa kontrol yang kuat, politik sebenarnya bisa digulirkan sebagai suatu yang menghalalkan segala cara,” terangnya.
Malik pun berkaca atas perbedaan sikap KPK terhadap kader dari partai politik penguasa dengan partai yang sempat menjadi oposisi.
Yakni, sikap terhadap kader Partai Gerindra, Edhy Prabowo yang baru saja ditetapkan sebagai tersangka dengan kader PDIP, Harun Masiku yang buron sejak awal tahun ini.
“Nah kaitannya dengan kasus kemarin penangkapan Menteri KKP (Edhy Prabowo), begitu mudahnya menangkap, tapi begitu susahnya menangkap Harun Masiku. Ditetapkan sebagai tersangka dari Januari sampai sekarang belum tertangkap. Ada apa dengan Harun Masiku?” ungkap Malik heran.
Apalagi, kata Malik, kasus yang melibatkan kader PDIP juga menyeret petinggi PDIP. “Ini terkait ya, waktu Harun Masiku ditangkap itu, bisa dibuktikan bahwa ini orang ada kaitan dengan misalnya Sekjen partai pemenang pemilu dan sebagainya, dia hilang begitu saja. Apakah dia masih hidup atau sudah dihabisi? Itu kita tidak tahu,” pungkasnya.
Malik pun merasa bahwa aroma tebang pilih untuk menghabisi lawan politik sudah mulai terasa. “Aroma-aroma ini mulai kelihatan, jadi kemarin ketua KPK mengatakan, ini tidak ada kepentingan politik dengan penangkapan ini. Orang mengatakan kok kader Gerindra cepat amat ditangkap, begitu mudah, tapi kadernya PDIP kok enggak ketangkap-tangkap?” kata Malik.
Padahal, kata Malik, Harun Masiku yang merupakan kader PDIP bukanlah orang hebat yang bisa menghilang begitu lama setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada 9 Januari 2020. [wip]