(IslamToday ID) – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak pemerintah untuk berjihad al muwajahah dengan mengubah kebiasaan impor menjadi ekspor sebagai bentuk kecintaan terhadap Tanah Air.
“Bagaimana kita mengubah paradigma sekaligus menghadirkan jihad al muwajahah itu, membalik ketagihan terhadap impor itu menjadi virus-virus baru mengekspor,” kata Haedar seperti dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (9/4/2021).
Menurutnya, Indonesia adalah negara subur dengan sumber daya alam dan hayati yang melimpah. Meski demikian, ironisnya Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan proporsi impor komoditi pertanian dan sumber daya alam lain terbesar di dunia.
“Mungkin kita sudah terlalu lelah, bicara apa-apa impor. Jadi sampai kapan sih ini? Nah, yang bisa mengakhiri ini sebenarnya adalah negara,” terangnya.
Haedar juga mendorong masyarakat untuk memberikan alternatif solusi terhadap pelbagai kebijakan pemerintah, di samping melakukan kritik.
Ia juga mengajak pekerja media untuk mengawal jalannya roda pemerintahan. Hal itu bertujuan agar pemerintah mampu memiliki kebijakan afirmatif yang melindungi produksi pangan, pertanian, dan laut dalam negeri.
“Kalau kita betul cinta Indonesia, cinta Pancasila, cinta NKRI, aku Indonesia, aku Pancasila, aku NKRI, maka baliklah dari ketagihan terhadap serba impor menjadi ketagihan serba ekspor. Bagaimana caranya? Ya, tugas para ahli di pemerintahan dan political will-nya,” kata Haedar.
Muhammadiyah melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat menggelar launching ekspor perdana tepung Mocaf di Gedung PP Muhammadiyah, Cik Ditiro, Yogyakarta.
Muhammadiyah sendiri bakal mengekspor sebanyak 60 ton tepung Mocaf (modified cassava flour) ke Inggris setiap bulannya.
Diketahui, publik sempat diramaikan dengan polemik wacana impor beras yang mengemuka selama beberapa waktu terakhir.
Rencana itu sempat diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia menyatakan pemerintah berencana membuka kran impor 1-1,5 juta ton beras demi menjaga ketersediaan di dalam negeri supaya harganya tetap terkendali.
Meski demikian, Presiden Jokowi sudah memastikan tidak ada beras impor yang masuk hingga Juni 2021. Jokowi meminta seluruh pihak untuk menghentikan perdebatan mengenai rencana impor beras. Ia khawatir polemik tersebut akan membuat harga jual gabah di tingkat petani menurun. [wip]