ISLAMTODAY ID — Asosiasi Kampus Berbasis Akhlak Mulia (AKBAM) mengadakam Musyawarah Nasional (Munas) di Hotel Syariah Solo pada Sabtu, (10/4). Munas itu pertama kali diadakan oleh AKBAM setelah satu tahun pembentukannya pada tahun 2020 silam. Pada kesempatan ini dihadiri sejumlah perwakilan dari 55 kampus Islam.
Munas AKBAM ini mengusung tema “Momentum Kebangkitan Perguruan Tinggi Islam”. Tema ini dipilihnya karena di era disrupsi, Perguruan Tinggi Islam (PTI) memiliki peluang besar untuk bangkit menjadi Perguruan Tinggi terbaik, di saat semakin membudayanya metode pempelajaran daring (online). Ada potensi yang tidak dimiliki dengan Perguruan Tinggi Sekuler, yaitu penanaman iman dan akhlak mulia.
“Munas AKBAM 1 diselenggarakan hampir satu tahun setelah deklarasi, kita susunlah, kita komitmen, kita merasakan tujuan pendidikan, membentuk sarjana yang beriman, bertaqwa berakhlak mulia, sangatlah tidak mudah. Kita merasakan perlu diperkuat lagi tujuan konstitusi pasal 31 ayat 3, bahwa pemerintah menyelenggarakan dan mengusahakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.“ pungkas Dr. Adian Husaini, Ketua Umum AKBAM saat ditemui dalam acara Munas I AKBAM, Sabtu (10/4/2021).
Adian menyebutkan Munas AKBAMkali ini, PTI harus meneguhkan jati dirinya sebagai ‘universitas sejati yakni sebagai tempat pembentukan manusia yang sempurna (al-insan al-kamil). Kemudian sebagai ‘Universitas sejati’ bukan hanya menjadi tempat membentuk pekerja yang baik (good worker), tetapi tempat membentuk “manusia yang baik” (good man).
Lanjutnya, dalam universitas sejati, para mahasiswa dididik menjadi manusia yang baik. salah satu kriteria manusia yang baik adalah memiliki profesionalitas untuk mandiri. Iman dan akhlak mulia menjadi kompetensi lulusan yang utama.
Oleh karena itulah, di PTI, pembentukan akhlak mulia harus menjadi tujuan utama dalam program pendidikannya.
“Dalam hal inilah PTI menghadapi tantangan berat. Sebab, pada umumnya, mahasiswa kuliah dengan tujuan agar memiliki keahlian tertentu untuk memasuki pasar kerja. Ijin suatu Program Studi diberikan jika jelas lulusannya akan bekerja dimana. Itu yang diutamakan. Perguruan Tinggi dikatakan terbaik tanpa penilaian aspek iman, taqwa, dan akhlak mulia.” sebutnya.
Adian Husaini menjelaskan PTI yang tergabung dalam AKBAM ini harus memiliki lima kompetensi dasar seperti komunikasi secara lisan, dan tulisan. Kemudian, Teknologi Informasi, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, serta Enterpreneurship atau jiwa kemandirian.
Tak hanya itu, dia menuturkan di era disrupsi semua Perguruan Tinggi di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk meraih keunggulan termasuk Perguruan Tinggi Islam, yang bersifat formal atau non-formal. Baik yang berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, atau Pesantren Tinggi (Ma’had Aly).
“Tantangan terberat itu datang dari internal umat Islam dan Perguruan Tinggi Islam sendiri. Tantangan itu berupa salah paham dan tidak percaya diri, bahwa PTI adalah kampus terbaik.” tuturnya.
Menurut Adian, Peluang dan tantangan kebangkitan PTI harus dianalisis dan dicarikan solusinya. Ia juga berharap dengan adanya Akbam, bisa menjadi semangat bagi anggota kampus yang tergabung serta meningkatkan kualitas pendidikannya.
“Harapan AKBAM kedepan semangatnya ingin menjadi contoh, semangatnya memperbaiki internal bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan anggota akbam sehingga kualitasnya meningkat.” tandasnya.
Reporter: Kanzun Dinan