IslamToday ID —Terus-menerus memarahi anak akan memberikan efek yang buruk bagi perkembangan anak. Bahkan hal ini bisa mempengaruhi fisik dan psikis.
Psikolog dari Universitas Padjadjaran Dian Ibung mengatakan memarahi anak secara terus menerus akan mengganggu kinerja otak anak.
Ketika anak dimarahi maka ia akan mengalami ketakutan. Rasa ketakutan ini kemudian memicu keluarnya hormon kortisol atau hormon stres. Akibatnya, anak akan sulit berkonsentrasi.
“Nah si hormon ini itu kerjanya memutuskan neuron-neuron, sementara si neuron ini terjadi ketika dia belajar. Jadi kebayangkan kalau kita memarahi anak, muncul hormon itu yang menyebabkan neuron-neuron nya putus. Si anak kalau belajar jadi susah, konsentrasinya susah.” Katanya.
Selain memutuskan hormon neuron, hormon kortisol ini juga bisa mempercepat kematian dari sel-sel neuron tersebut.
Lanjut Dian, sisi psikis anak yang sering dimarahi akan merasa takut salah dan takut dimarahi. Hal ini dapat memicu anak menjadi peragu. Selain itu tidak menutup kemungkinan ia akan tumbuh menjadi anak mudah berbohong bahkan pembangkang.
“Secara mental atau psikis itu anak akan jadi anak yang ragu, anak yang takut -takut , tapi bisa juga kalau anaknya beda tipenya justru dia jadi akan agresif, akan pembangkang gitu ya atau suka bohong,” ungkapnya
Oleh karena itu Dian meminta para orang tua untuk menjaga ucapan dihadapan anak-anak. Jika terpaksa memberikan hukuman, hendaknya para orangtua memberikan hukuman yang sesuai dengan kesalahannya dan disesuaikan dengan umur pada anak. Tak hanya itu, apabila memarahi anak sebaiknya tidak merembet ke hal-hal lain.
“Jadi misalnya yang di masalahkan satu hal, ya satu hal itu saja yang dibahas pada saat itu. Jangan dibawa yang dulu-dulu ( masalah lainnya)” ujarnya.
Medisiplinkan Anak
Ada satu cara yang diberikan Dian agar para orangtua dapat mendisiplinkan anak-anaknya tanpa memperlihatkan rasa amarah. Yakni membuat aturan bersama anak dan konsisten dalam menjalankan aturan itu.
“Saat tegas ketika mendisiplinkan anak, oke yang pertama harus konsisten. Jadi ada aturan yang jelas dan konsisten yang harus dilakukan. Misal, kalau kamu A maka konsekuensinya akan B. Kalau itu berjalan tidak perlu marah jadi tinggal dikasih tau saja. Dan berikan aturan atau tanggung jawab juga ke si anak sesuai dengan umur itu penting ” jelasnya.
Baca Juga : Ini Bahaya Menyekolahkan Anak Terlalu Dini
Agar berjalan lancar, selain konisistensi juga diperlukan kerjasama dalam keluarga. Namun biasanya, rencana akan terlihat sulit dijalankan saat para orangtua harus tinggal dengan keluarga besar ( Kakek, Nenek, dan lain-lain)
“Masalahnya jika tinggalnya dengan keluarga besar atau berdekatan atau sering ketemu, kadang-kadang orangtua bilang ini tidak boleh, tapi nenek kakeknya sudah kasih saja. Ini sering jadi perdebatan” ucapnya.
Kalau hal ini sering terjadi, orangtua sebaiknya berbicara bersama dengan keluarga besarnya, bahwa kita sebagai orangtua, sudah membuatkan peraturan untuk anak.
Penulis Kanzun