(IslamToday ID) – Tanda-tanda bahwa perekonomian akan pulih dalam waktu dekat tampaknya masih jauh panggang dari api. Optimisme pemerintah pada akhir tahun lalu bahwa ekonomi akan pulih bahkan tumbuh positif di tahun 2021 sepertinya hanya jualan mimpi.
“Waktu itu kami mengatakan, jangan kasih mimpi yang tak bisa diwujudkan. Mengapa? Karena sebelum krisis (akibat pandemi) saja cuma tumbuh 5 persenan, kok mau mimpi bahwa 2021 bakal tumbuh pesat. Ternyata itu cuma ramalan-ramalan penuh halu, istilah anak muda sekarang,” kata ekonom senior Rizal Ramli (RR) di acara Bravos Radio Indonesia, Ahad (9/5/2021).
Menurutnya, di kuartal ini BPS menyatakan Indonesia masih resesi alias pertumbuhannya negatif. Pertumbuhan gross domestic product (GDB) cuma 55 persen dari konsumsi.
“Rakyat daya belinya lagi jatuh, kemudian peredaran uang berkurang karena disedot untuk bayar utang. Sehingga dari Juni tahun lalu sampai Maret tahun ini pertumbuhan pertambahan kreditnya negatif. Maret kemarin minus 3 persen,” ujar RR.
Kemudian kemampuan fiskal pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi juga makin terbatas, karena defisitnya besar. Untuk bayar bunga pinjaman saja, pemerintah masih harus mengutang.
“Satu-satunya yang positif hanya ekspor, naik lumayan karena di seluruh dunia sudah mulai pulih (dari pandemi). Jadi analisis yang normal bisa lihat kan konsumsi rakyat anjlok karena daya beli anjlok, karena nggak ada pekerjaan, uang beredar berkurang, kemudian kemampuan fiskal juga terbatas. Kok kasih mimpi, angin surga, pulih dengan cepat,” ungkap RR.
Ia juga memperkirakan bahwa di kuartal kedua akan ada perbaikan ekonomi karena ada momen lebaran. Tapi ini juga bakal sulit karena adanya kebijakan larangan mudik. Sehingga dampak lebaran kali ini pada perekonomian tidak sebesar biasanya.
“Lha ini kan golongan menengah ke atas kayaknya nggak pulang kampung, padahal mereka itu biasanya yang bawa duit gede. Pulang kampung beli macam-macam gitu,” ujarnya.
RR menyatakan jika pandemi bisa dikendalikan, tahun ini pertumbuhan ekonominya diperkirakan juga tidak begitu besar, hanya di kisaran 2-3 persen.
“Kalau bahasa saya ini skenario pertumbuhan memble. Nah kalau canggih recoverinya bisa lebih tinggi, tapi ini pemerintah, pejabat ekonominya tidak memiliki kemampuan untuk cari jalan kreatif, jalan out the box untuk memacu pemulihan ekonomi,” ungkap RR.
“Nah ini semua dengan asumsi Covid-19 bisa dikendalikan, tapi kalau tidak bisa dikendalikan, ini bisa anjlok lagi, bisa negatif lagi,” tambahnya.
Kembali ke pemerintah yang menjual mimpi bahwa ekonomi akan pulih ternyata faktanya berkebalikan. Ekonomi malah nyungsep dan merosot.
“Rakyat kita pada dasarnya nrimo-lah, padahal makin lama mereka makin sadar karena hidup makin susah. Segala macam makin mahal, pekerjaan tidak ada. Jadi mimpi itu sementara bisa untuk meninabobokan, tapi sebentar akan datang kenyataan,” ungkap RR.
Kemudian ia juga menyinggung peran para buzzer yang dipelihara penguasa untuk membelokkan kebenaran. “Pokoknya bekerjanya buzzer rupiah ini memuji-muji yang bayar, dikatakan hebat lah. Begitu ada yang kritis dan oposisi, mereka hancurkan. Jadi rakyat kita itu tertipu dengan kelakuan buzzer-buzzer ini, yang jumlahnya mencapai ratusan ribu,” kata RR.
Buzzer-buzzer ini juga bekerja meninabobokan rakyat, bahwa semua serba baik, semua serba hebat. Tapi pada akhirnya rakyat akan lihat realita di kehidupannya sehari-hari. “Minggu ini saya bisa makan nggak, saya ada kerjaan nggak, mau sekolah mahal apa nggak, dan harga-harga pada naik,” ujar RR.
“Nah ketika mereka (rakyat) menghadapi realita seperti ini, maka kesimpulannya sederhana, pemerintah nggak mampu menyelesaikan masalah. Malah bikin masalah yang sederhana menjadi ruwet,” tambahnya. [wip]