(IslamToday ID) – Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional menetapkan harga vaksin untuk program vaksinasi gotong-royong sebesar Rp 500.000 per dosis. Artinya untuk satu orang butuh dua dosis sehingga butuh Rp 1 juta
Program ini merupakan program vaksinasi mandiri oleh perusahaan untuk karyawannya.
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto mengatakan biaya tersebut terdiri dari Rp 375.000 per dosis dan penyuntikan sebesar Rp 125.000. “Sehingga totalnya Rp 500.000,” ujarnya seperti dikutip dari JPNN, Selasa (11/5/2021).
Ia menekankan, seluruh biaya vaksin gotong-royong tidak boleh dibebankan kepada pekerja dan merupakan tanggung jawab para pengusaha. Adapun merek vaksin yang diberikan merupakan produksi perusahaan asal China yaitu Sinopharm dan Cansino.
“Diharapkan sudah bisa dilaksanakan nanti pada akhir Mei ini,” ungkap Airlangga.
Ia menyebut pemerintah telah melakukan perjanjian kontrak pengadaan sebanyak 7,5 juta dosis dari Sinopharm. Sementara, vaksin Cansino akan disiapkan sebanyak 5 juta dosis.
“Ini juga sudah memperoleh sertifikasi baik dari Badan POM maupun dari MUI,” pungkasnya.
Sinopharm
Vaksin Covid-19 buatan Sinopharm adalah vaksin berjenis inactivated vaccine yang disebut SARS-CoV-2 Vaccine (Vero Cell). Vaksin berjenis inactivated adalah vaksin yang menggunakan partikel virus yang dimatikan untuk mengekspos sistem kekebalan terhadap virus, tanpa mengambil risiko respons penyakit yang serius.
Airlangga mengatakan, vaksin Covid-19 buatan Sinopharm telah dinyatakan aman oleh BPOM dan mendapatkan sertifikat halal dari MUI.
Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, berdasarkan hasil dari uji klinik yang dilakukan di Uni Emirat Arab (UEA), ditemukan bahwa vaksin Sinopharm memiliki efikasi 78 persen. Sedangkan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang ditimbulkan dari vaksin Sinopharm bersifat ringan, seperti bengkak, kulit kemerahan, sakit kepala, diare, nyeri otot, atau batuk.
Cansino
Vaksin Covid-19 buatan Cansino Biologics adalah vaksin vektor berbasis adenovirus tipe 5. Melansir CDC, vaksin vektor menggunakan versi modifikasi dari virus yang berbeda (vektor) untuk menyampaikan instruksi penting ke sel manusia.
Manfaat dari vaksin vektor seperti halnya vaksin lainnya, adalah mereka yang divaksinasi mendapatkan perlindungan dari infeksi virus corona tanpa harus terpapar Covid-19.
Melansir Bloomberg, 8 Februari 2021, vaksin Cansino diketahui telah menjalani uji klinis fase 3 di Pakistan. Penasihat kesehatan Pakistan Faisal Sultan mengatakan dari hasil uji klinis fase akhir yang diikuti 30.000 relawan, vaksin Cansino diketahui memiliki efikasi 65,7 persen dan 90,98 persen mampu mencegah timbulnya gejala Covid-19 parah. Vaksin Cansino diberikan dalam satu dosis penyuntikan.
Pengusaha Mampu Bayar?
Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani mengatakan para pengusaha mengaku tidak keberatan dengan harga vaksinasi sebesar Rp 1 juta per orang. Angka tersebut masih berada dalam jangkauan pengusaha.
Dari survei yang dilakukan Kadin, Rosan menjelaskan ada 78 persen pengusaha yang mampu membayar biaya vaksinasi sebesar Rp 1 juta ataupun di bawahnya.
“Kalau harganya di kisaran Rp 1 juta dan di bawahnya, pengusaha masih oke, untuk dua kali suntik ya. Kita sudah survei nggak memberatkan,” ungkap Rosan.
Ia juga mengatakan pengusaha tak ada rencana untuk meminta subsidi harga vaksin atau fasilitasi vaksinasi kepada pemerintah.
“Nggak sih ya (minta subsidi), kita tahu ini memang sulit. Kami nggak ada rencana minta subsidi ke pemerintah,” ungkap Rosan.
Vaksinasi yang pertama akan dilakukan 18 Mei mendatang. Rosan menegaskan biaya vaksinasi gotong-royong akan dibayarkan penuh oleh perusahaan.
“Ini 100 persen dibayar perusahaannya, dan perlu diingat perusahaan juga nggak boleh melakukan komersialisasi sama sekali,” ungkapnya.
Rosan juga mengatakan, sebetulnya pengusaha masih bisa mendapatkan harga lebih murah untuk biaya vaksinasi gotong-royong. Syaratnya, perusahaan harus punya fasilitas kesehatan yang mumpuni dan memenuhi standar Kementerian Kesehatan.
Bila normalnya per orang harganya Rp 1 juta, bila punya fasilitas kesehatan sendiri perusahaan hanya perlu membayar Rp 750.000 per orang untuk dua kali dosis penyuntikan.
Rosan menambahkan sampai saat ini sudah ada 10 juta orang yang didaftarkan ke dalam program vaksinasi gotong-royong. Ia mengatakan targetnya 7,5 juta orang akan divaksin hingga bulan September mendatang.
Prioritas vaksinasi akan dilakukan untuk para pekerja manufaktur di zona merah. Rosan menyebut Jabodetabek jadi wilayah pertama vaksinasi gotong-royong.
Harga Terlampau Mahal
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara memandang harga vaksin gotong-royong yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 500.000 per dosis atau Rp 1 juta per vaksinasi akan menimbulkan celah kepentingan. Dibandingkan dengan harga vaksin Sinovac untuk program vaksinasi gratis, harga tersebut dinilai terlampau mahal.
“Harga Sinovac saja Rp 245.000. Jadi vaksin gotong-royong menimbulkan dua celah ketimpangan, yang pertama antara perusahaan yang memiliki kemampuan finansial dan usaha kecil,” ujar Bhima, Selasa (11/5/2021) seperti dikutip dari Tempo.
Sektor usaha dengan kemampuan finansial rendah, katanya, cenderung sulit menjangkau akses vaksin bagi para pekerjanya. Sektor usaha ini umumnya merupakan yang paling terdampak Covid-19, termasuk UMKM.
Ketimpangan juga terjadi untuk perusahaan yang bergerak di industri padat karya. Dengan jumlah karyawan besar, pengusaha akan kewalahan menyiapkan anggaran untuk semua pekerja. “Apa iya akan digratiskan?” ujar Bhima.
Walhasil, kondisi ini mengakibatkan munculnya opsi potong gaji karyawan untuk vaksinasi. Bhima mempertanyakan pengawasan pemerintah terhadap kemungkinan timbulnya potensi kebijakan ini di lingkungan industri.
“Pengawasannya bagaimana kalau sampai dipotong dari gaji atau tunjangan? Sejauh ini paling sulit mengawasi potongan gaji karyawan,” tuturnya.
Bhima melanjutkan, ketimpangan kedua ialah perihal akses vaksin perusahaan yang diduga akan cenderung memprioritaskan pihak manajemen, direksi, dan golongan staf senior. Sementara itu, pekerja level bawah disinyalir belum tentu memperoleh jatah dalam waktu yang relatif cepat.
“Kalau satu kantor tidak divaksin semua kan percuma juga. Sedangkan kalau divaksin semua karyawan akan jadi beban kas perusahaan,” ujar Bhima.
Ia meminta pemerintah saat ini lebih dulu fokus pada pelaksanaan vaksin gratis dan menunda vaksin gotong-royong. Suplai vaksin yang ada, katanya, lebih baik difokuskan untuk kelompok prioritas.
Jika akan menggelar vaksin gotong-royong, Bhima mengusulkan pemerintah menunggu adanya pemberian paten gratis dari perusahaan vaksin. “Sekarang ada 100 negara yang menuntut WTO agar paten vaksin digratiskan khususnya bagi negara berkembang. Tujuannya agar bisa produksi vaksin sendiri dengan biaya murah,” katanya.
Senada, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan harga tersebut relatif mahal meskipun akan ditanggung oleh perusahaan. Idealnya, tarif vaksin Covid-19 berada di rentang Rp 150.000-300.000 per dosis.
Pertimbangannya, ia berkaca dari tarif tes usap PCR yang awalnya mencapai lebih dari Rp 1 juta. Akibat harga yang terlalu tinggi, akses masyarakat pada tes Covid-19 yang paling akurat itu menjadi terbatas. Untuk itu, ia berharap harga vaksin Covid-19 bisa lebih miring. [wip]