ISLAMTODAY — Masuknya ratusan warga negara asing (WNA) yang berasal dari China beberapa hari yang lalu, disebut akan menjadi tenaga kerja untuk beberapa proyek strategis. Hal ini dikhawatirkan pengamat politik Rocky Gerung sebagai upaya infiltrasi intelijen China ke Indonesia.
Sebab, Rocky menilai masuknya WNA China ke Indonesia sejak 1 mei 2021 lalu adalah sebuah perintah ideologi dari negara asalnya. Dan mereka juga dianggap sebagai intel negara.
“Karena kita tahu kalau tenaga kerja Cina itu masuk ke wilayah-wilayah yang potensial untuk menghasilkan keuntungan ekonomi, itu ada semacam perintah ideologi itu , kan tenaga kerja china itu harus beranggap sebagai intelnya negara itu,” Katanya, Minggu (09/5/2021).
Menanggapi hal itu, Jubir Menko Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi menyatakan kekhawatiran Rocky Gerung tak akan terjadi.
Jubir Menko Marinvest ini menilai intelijen di Indonesia bisa mendeteksi dan memberi peringatan dan antisipasi bila hal yang disebutkan Rocky Gerung terjadi pada tenaga kerja asing asal China.
“Kami percaya bahwa intelijen negara kita tangguh dan professional untuk bisa mendeteksi dini dan memberi peringatan dini guna mencegah terjadinya ancaman dimaksud apabila ada,” ungkap Jodi, Selasa (11/5/2021), dilansir Detikcom.
Jodi Mahardi mengatakan daripada menuduh pekerja asing sebagai intel, lebih baik meningkatkan semangat persatuan agar tak mudah terprovokasi.
“Yang harus kita waspadai juga adalah konflik tersembunyi, ketidaksukaan suatu individu dan atau kelompok kepada individu dan atau kelompok lainnya yang tersembunyi atau laten dalam alam bawah sadar masing-masing pihak. Semangat persatuan saat ini sangat penting untuk kita tidak mudah terprovokasi,” ungkap Jodi.
Modus Intelijen
Sebelumnya, pengamat politik Rocky Gerung menilai ada modus intelijen tersembunyi dengan masuknya warga negara China ke Indonesia. Dia mengatakan ada kemungkinan tenaga kerja China yang masuk ke Indonesia merangkap sebagai intelijen negara.
Hal ini menurutnya adalah budaya yang terjadi di China. Modus intelijen itu menurutnya sudah terjadi turun temurun sejak kepemimpinan Deng Xiaoping di China di kurun waktu 1970-1990an silam.
“Kan tenaga kerja China itu harus merangkap sebagai intelnya negara, itu tradisi di dalam negeri China yang merupakan sejak Deng Xiaoping itu sudah ditanamkan. Bahwa kita sembunyikan ambisi kita, kita tunggu momen, itu doktrin dalam kebijakan politik luar negeri China,” ungkap Rocky dikutip dalam video yang ada di kanal YouTube-nya, Senin (10/5/2021).
“Pemerintah nggak tahu bahwa sejarah China, ekspor tenaga kerja itu ekspor ideologi dan intelijen,” tegasnya.
Rocky Gerung menilai China punya ambisi menguasai geopolitik antar negara lewat fasilitas ekonomi. Buktinya, Bank Sentral China menurutnya banyak mensponsori pembangunan di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia.
“Perusahaan China pasti jadi intelijen negara, karena Bank China itu kan sponsorin habis-habisan pembangunan di negara Arab dan Afrika itu dengan maksud geopolitik. Investasi china itu selalu investasi dalam kerangka strategi geopolitik,” tandas Rocky.[Kan/Detik]