(IslamToday ID) – Kementerian Pertahanan (Kemenhan) memesan 25.000 senapan jenis SS2-V5 A1 kepada PT Pindad (Persero). Senjata itu rencananya akan digunakan untuk pelatihan Komponen Cadangan (Komcad).
Kemenhan menargetkan tahun ini merekrut 25.000 warga sebagai Komcad. Perekrutan dilakukan dengan prinsip kesukarelaan.
“Tahun ini ditargetkan 25.000 orang masyarakat Indonesia sebagai Komcad dapat diwujudkan dengan rekrutmennya secara sukarela. Untuk informasi lebih lanjut akan disampaikan melalui media dan instansi terkait,” kata Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirjen Pothan Kemenhan) Mayjen TNI Dadang Hendrayudha, Selasa (6/4/2021).
Ia menjelaskan wajib bagi calon Komcad mengabdi sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI) secara sukarela atau wajib pengabdian sesuai dengan profesi masing-masing.
“Kenapa disahkannya UU No 23 Tahun 2019? Karena potensi sumber daya alam, jumlah penduduk, beraneka suku bangsa, bahasa daerah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sangat luar biasa banyaknya, sehingga perlu dipelihara dan dibina menjadi potensi pertahanan negara,” terang Dadang.
Pendaftaran Komcad akan dimulai pada bulan Juni mendatang. Para pendaftar nanti akan diberikan pelatihan di Resimen Induk Daerah Militer (Rindam) yang ada di Pulau Jawa seperti Rindam Jaya/Jayakarta, Rindam III/Siliwangi, Rindam IV/Diponegoro, dan Rindam V/Brawijaya.
Program ini terbuka bagi warga negara Indonesia berusia 18-35 tahun yang ingin menjadi tentara cadangan secara sukarela. Kemenhan menargetkan mampu membentuk 35 batalyon Komcad sepanjang 2021.
Produksi Senapan Selesai
Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose menyebut pihaknya telah memproduksi 25.000 pucuk senjata untuk Komcad.
Abraham memastikan pesanan senjata jenis SS2-V5 AI itu sudah selesai dikerjakan oleh perusahaan yang ia pimpin. Produksi senapan serbu itu termasuk dalam prioritas produksi alat utama sistem persenjataan (alutsista) di PT Pindad.
“Untuk mendukung Komcad, sebanyak 25.000 pucuk (senjata) sekarang sudah selesai,” katanya.
Direktur Bisnis Produk Hankam PT Pindad, Wijil Jadmiko Budi mengatakan senjata untuk Komcad itu berbeda dengan senjata yang digunakan para tentara aktif. Senjata untuk para Komcad ini lebih pendek dan untuk mobilisasi ringan.
“Lalu dilengkapi vertical grip, jadi pegangan tangan tidak langsung hand grip. Ini lebih ringan karena sipil yang akan menggunakannya,” kata Wijil.
Kemenhan RI memastikan senjata api itu hanya akan digunakan dan dipegang para rekrutmen Komcad ketika menjalani masa latihan saja.
“Penting untuk dicatat, bahwa penggunaan senjata untuk Komcad digunakan pada saat latihan. Jadi bukan nanti Komcad (senjatanya) dibawa-bawa pulang, tidak seperti itu,” kata Kepala Biro (Karo) Humas Setjen Kemenhan Marsma TNI Penny Radjendra, Jumat (2/4/2021).
Berdasarkan PP No 3/2021, setiap warga negara Indonesia berhak ikut mendaftar untuk mengikuti pelatihan Komcad dengan syarat turunan lainnya.
Penny mengkonfirmasikan memang akan ada pelatihan-pelatihan militer sehingga senjata memang diperlukan untuk menunjang pelatihan tersebut. “Dan ini penting untuk dicatat, ini tidak akan dibawa Komcad di luar latihan ini untuk latihan,” jelasnya.
Dikutip dari situs Pindad, senjata SS2-V5 A1 berukuran 5,56 x 45 mm dengan berat tanpa peluru 3,35 kg, dan dengan full magazine 3,71 kg. Dilengkapi dengan popor lipat, senapan ini disebut memiliki jarak tembak efektif sejauh 200 meter.
Di samping spesifikasi teknis tersebut, senapan serbu untuk Komcad itu juga bisa ditambahi telescope dan laser. “Tinggal ditempelkan,” kata Wijil.
Tapi belakangan, Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose mengklarifikasi pernyataannya terkait 25.000 pucuk senjata api jenis SS2-V5 A1 yang dipesan Kemenhan. Menurutnya, senjata itu untuk dipergunakan prajurit TNI, bukan untuk pelatihan Komcad.
“Iya, betul. Untuk TNI,” kata Abraham saat dikonfirmasi seperti dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (11/5/2021).
Ia mengatakan semula pesanan itu memang diperuntukkan bagi pelatihan Komcad. Namun, hal itu berubah dan senapan tersebut akan digunakan oleh prajurit TNI. “Iya, awalnya (untuk Komcad) seperti itu,” kata Abraham.
Untuk saat ini, kata Abraham, seluruh pesanan senapan tempur ini telah rampung. Namun ia tak merinci kapan pesanan itu akan dikirim ke Kemenhan untuk selanjutnya diserahkan ke TNI. “Sudah selesai semua,” kata Abraham.
Skema Pengadaan Senapan
Pemerhati militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi mengkritisi pembuatan 25.000 pucuk senapan serbu jenis SS2-V5 A1 oleh PT Pindad.
Khairul mengetahui bahwa Kemenhan ingin merekrut 25.000 Komcad sepanjang 2021. Namun ia menekankan bahwa pada gelombang pertama pendaftaran, Kemenhan hanya membuka 2.500 orang, tidak langsung 25.000.
“Angka 25.000 itu adalah jumlah personel Komcad yang akan direkrut, sesuai rencana awal. Jika senjata api itu diadakan hanya untuk pelatihan, apakah perlu sampai sejumlah itu?” kata Khairul, Kamis (6/5/2021).
“Apakah kemarin itu asumsinya bahwa Komcad ini akan dilatih secara serentak dalam jumlah itu sekaligus?” lanjutnya.
Khairul juga mengatakan bahwa pelatihan Komcad akan menyesuaikan dengan jadwal pendidikan reguler bagi militer prajurit TNI. Komcad baru bisa diberikan pelatihan saat ada waktu kosong dari jadwal pendidikan militer prajurit TNI.
Oleh karena itu, pembelian senjata 25.000 sekaligus menjadi pertanyaan karena kecil kemungkinan langsung dipakai secara bersamaan. Terlebih, setiap lokasi pelatihan militer milik TNI juga sudah mempunyai stok senjata untuk latihan.
“Perlukah sampai melakukan pengadaan senjata api secara khusus untuk Komcad? Saya kira tidak. Mengapa? Karena tiap-tiap lembaga itu saya kira rata-rata sudah memiliki fasilitas senjata api sesuai daya tampung atau kapasitasnya,” kata Khairul.
“Walaupun senjata-senjata yang tersedia itu bukan varian terbaru seperti SS2-V5 A1 ini, tapi masih sangat layak digunakan,” sambungnya.
Hal lain yang disorot Fahmi yakni ihwal kapan senjata-senjata tersebut digunakan. Ia mengatakan bahwa Komcad memiliki masa aktif dan tidak aktif. Masa aktif yakni saat Komcad diberikan pelatihan dan menggunakan senjata.
Masa tidak aktif yakni ketika selesai menjalani pelatihan dan dimobilisasi. Ia cemas senjata yang sudah dipesan hanya dipakai untuk latihan, karena Komcad yang telah dilatih belum diketahui kapan mulai dimobilisasi.
“Kapan seorang personel Komcad dimobilisasi? Ya tergantung kebutuhan terhadap ancaman. Bisa dalam waktu dekat, masih lama, atau bahkan bisa jadi mereka tak akan pernah dimobilisasi dan diaktifkan sama sekali hingga masa pengabdian Komcad-nya berakhir pada usia 48 tahun,” ucap Khairul.
“Artinya, selain pada saat pelatihan Komcad, senjata-senjata tersebut bisa dibilang belum tentu akan digunakan,” katanya.
Menurut Khairul, lebih baik pengadaan senapan serbu untuk Komcad dilakukan lewat skema tertentu. Tidak langsung sekaligus. Dengan begitu, anggaran yang tersedia juga bisa digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan terkait alutsista yang lain.
Berbeda halnya jika pengadaan senapan serbu itu memang bagian dari upaya modernisasi atau peremajaan alutsista TNI. Menurutnya, itu akan lebih mudah dipahami maksud dan tujuan pengadaan senjata.
“Beda halnya jika pembelian senapan serbu itu sejak awal diklaim sebagai bagian dari upaya modernisasi dan peremajaan alutsista TNI terutama di lembaga-lembaga pendidikan militer (tidak semata-mata untuk Komcad), tentu saja pengadaan ini menjadi lebih mudah dipahami,” pungkas Fahmi. [wip]