(IslamToday ID) – Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengaku tidak kuat bila mendengar kader partainya ditangkap karena terjerat kasus korupsi.
Pasalnya, menurutnya, hal tersebut mencoreng nama PDIP. Ia pun meminta agar kader PDIP agar tidak melakukan korupsi.
“Saya tak kuat mendengar jika ada yang ditangkap karena korupsi. Mencoreng nama partai. Harus ingat pepatah, nila setitik rusak susu sebelanga. Karena itulah jangan korupsi!” ujar Megawati dalam acara halal bihalal secara virtual dengan ratusan pengurus partai dan organisasi sayap PDIP, Rabu (19/5/2021).
Lebih lanjut, ia menyinggung soal target PDIP meraih kemenangan tiga kali berturut-turut di Pemilu 2024 mendatang. Presiden kelima RI itu pun meminta agar seluruh kader PDIP tidak lengah, tetap solid, dan selalu turun ke bawah bertemu dengan rakyat.
“Jangan lengah. Terus turun ke bawah. Solid dan semangat bekerja untuk rakyat. Terus perkuat persatuan karena ini pertarungan bagaimana ideologi Pancasila terus menjadi daya gerak perjuangan kita,” ujar Megawati seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Ia menyatakan akan terus memelototi kinerja para kader, khususnya para pengurus partai.
Sebelumnya, Megawati juga sempat menyampaikan unek-uneknya terkait dengan kadernya yang ditangkap aparat karena korupsi.
“Kalau sekadar mencari uang, akhirnya bisa salah jalan. Saya sendiri merasa sedih jika ada anggota kita kena korupsi,” ujarnya, Rabu (24/3/2021), saat acara peluncuran buku berjudul “Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam” secara daring.
Seperti diketahui, dalam beberapa bulan terakhir ini sejumlah kader PDIP terjerat kasus korupsi. Akibatnya sejumlah netizen menjuluki PDIP sebagai sarang koruptor.
Pertama, kader PDIP yang ditangkap KPK karena korupsi yakni mantan Menteri Sosial (Mensos) Juliari P Batubara. Ia terjerat dugaan korupsi bansos Covid-19.
Kemudian KPK menangkap Nurdin Abdullah, Gubernur Sulawesi Selatan yang diduga terkait kasus korupsi. Terakhir, KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat karena terkait jual beli jabatan.
Lebih lanjut, Megawati kemudian meminta agar para politisi dan kader partainya mengambil pelajaran tentang kehidupan dari alam sekitar seperti hewan. Ia memberikan contoh hewan seperti kunang-kunang dan kodok.
“Misalnya, kunang-kunang, itu adalah binatang penyaring udara. Jadi kunang-kunang itu takkan mungkin hidup kalau udara tak bersih. Coba saja kalau tak percaya,” katanya seperti dikutip dari Pikiran Rakyat.
Megawati menganalogikan hewan kodok seperti petugas semprot. “Kodok itu adalah petugas semprot alam. Pelihara saja kodok banyak, jentik akan dimakan kodok. Ketika mulai jadi nyamuk, akan dimakan kodok,” lanjutnya.
Tak hanya itu, Megawati juga meminta kader untuk belajar dari kupu-kupu. Daur hidup kupu-kupu dimulai dari telur, kemudian menetas berubah jadi ulat dan selanjutnya berubah menjadi kepompong.
“Semuanya itu hanya binatang. Tapi filosofinya sangat tinggi. Kita ini, dikasih pikiran, malah jadi penjahat (koruptor),” tuturnya.
“Mereka hatinya suci, hanya untuk melaksanakan tugas Allah SWT. Jadi pada eling (ingat) ya,” tambahnya.
Elektabilitas PDIP Turun
PDIP masih berada di posisi tertinggi hasil survei terbaru New Indonesia Research and Consulting yang dilakukan pada 15-22 April 2021. PDIP meraih 22,3 persen atau turun sedikit dari survei Februari 2021 sebesar 23,1 persen.
“Jika dibandingkan dengan survei Juni tahun lalu, elektabilitas PDIP turun cukup dalam,” jelas Direktur Eksekutif New Indonesia Research and Consulting, Andreas Nuryono, Sabtu (1/5/2021).
Di posisi berikutnya ada Gerindra (12,9 persen) dan Golkar (8,9 persen). Sementara, Demokrat yang sebelumnya mengalami kenaikan cukup tajam, kini cenderung stagnan dengan elektabilitas 8,0 persen.
Demikian pula dengan PKS yang juga stabil (7,6 persen). Parpol-parpol papan tengah lainnya adalah PKB (6,0 persen), Nasdem (3,7 persen), dan PPP (2,1 persen).
“Semua parpol terus melakukan gerilya, misalnya pertemuan antara petinggi PKS dan PDIP, atau sebelumnya PPP dengan Golkar,” tambahnya seperti dikutip dari Pojok Satu.
Di sisi lain, perpecahan yang dialami PAN membuat partai tersebut merosot cukup signifikan. “PAN terjerembab ke papan bawah di tengah stagnasi partai-partai yang lain,” jelasnya.
Bahkan, elektabilitas PAN yang hanya 1,1 persen sudah langsung disalip oleh sempalan mereka, Partai Ummat yang meraih 1,8 persen.
“Keseriusan Amien Rais mendirikan Partai Ummat berpeluang menggerus suara PAN, terutama setelah resmi dideklarasikan,” tutur Andreas.
Lebih jauh lagi, jika memperhitungkan margin of error, Partai Ummat lebih berpeluang lolos parliamentary threshold 4 persen dibandingkan PAN.
Untuk posisi papan bawah ada Perindo (0,5 persen), Hanura (0,3 persen), Gelora (0,2 persen), dan Berkarya (0,1 persen).
Sisanya tidak mendapat dukungan, yaitu PBB, PKPI, Garuda, dan Masyumi Reborn. Serta yang menjawab tidak tahu/tidak jawab 19,3 persen.
Survei New Indonesia Research & Consulting dilakukan pada 15-22 April 2021, dengan sambungan telepon kepada 1.200 orang responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2019. [wip]