ISLAMTODAY ID — Penyidik KPK yang termasuk dalam daftar 75 yang dinonaktifkan, Hasan menilai ada keanehan dalam pembinaan 24 pegawai KPK yang tak lolos tes wawasan kebangsaan. Pasalnya, ada sejumlah ketidak pastian dalam serangkaian pembinaan tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Hasan dalam diskusi LBH Mega Bintang dan acara ‘nonton bareng film The EndGame KPK’ di Gedung Umat Islam Kartopuran Solo, Senin 7 Juni 2021
Hasan menyebutkan keanehan tersebut ia dapatkan dari seseorang yang mengikuti pertemuan dengan para petinggi pemerintahan.
“Ya kemudian saya telpon teman teman yang hadir waktu itu, dari 24 orang 11 orang hadir, 11 orang hadir ini mayoritas pekerja tetap KPK ada dari OB, security, nah saya telpun salah satu dari mereka saya tanya memangnya yang dimaksud dibina ini gimana? Mereka jelaskan kepada saya,”ujar Hasan.
Hasan pun menjelaskan ketidak jelasan dari program pembinaan ini.
Pertama, pembinaan ini merupakan program penjajakan kerjasama dengan Kementerian Pertahanan dimana materi yang akan dibina belum diketahui seperti apa.
Kedua, periode waktu pembinaan juga tak memiliki kejelasan secara pasti.
Ketiga, setelah pembinaan juga tak diketahui secara pasti apakah akan diangkat menjadi aparatul negeri sipil (ASN). Dan yang terakhir adalah ketidak pastian diadakannya tes dalam pembinaan ini.
“Karena banyak ketidak pastian ini maka saya pribadi mengurungkan niat untuk menghadiri rapat dengan para sekjen,” sebut Hasan.
Kemudian Hasan juga mengatakan pembinaan ini tidak perlu diselenggarakan. Pasalnya, sejak masuk dalam ruang lingkup lembaga ini, 24 pegawai KPK sudah melakukan serangkaian tes.
“Saya pribadi ga merasa perlu dibina. Kenapa ? pada waktu saya masuk KPK awal 2010 terakhir itu saya 2 bulan di BAIS, saya dididik selama dua bulan mulai dari pendidikan fisik mental ideologi dan lain sebagainya. Setelah itu baru kita mulai dididik tekhnis. Ketika saya menjadi penyidik melalui serangkaian tes juga jadi tidak serta merta jadi penyidik. Saya kan ga langsung jadi penyidik ketika masuk di KPK. Karena bentuknya bukan Polri,” jelasnya.
“Ketika saya jadi penyidik, itu juga kita ikut pelatihan lagi selama 2 bulan kurang lebih, jadi saya rasa sudah merasa gembira masalah ideologi dan sebagainya,” imbuhnya.
Hasan mengaku tugasnya tak mudah dan penuh risiko, namun ia bertahan demi membuat maju Indonesia dan menumpas para koruptor.
“Kita menangkap orang resikonya ga kecil, tapi kita bertahan ini kan karena kita merasa bisa berbuat lebih untuk Indonesia melalui KPK”
Peretasan WatchDoc
Tak hanya itu, Hasan juga menyoroti terkait isu peretasan yang dialami oleh rumah produksi film dokumenter WatchDoc. Dimana akun Instagram milik WatchDoc dan akun Twitter untuk promosi film yang berjudul KPK End Game (2021), @KPK _EndGame, diretas pada Ahad (6/3/2021).
Menurutnya, peretasan ini tidak dapat dilakukan oleh satu orang, melainkan dilakukan oleh bebera orang yang telah bekerja sama. Sebab, akun para panitia penyelenggara nonton bareng film KPK End Game juga mengalami peretasan. Dan peretasan handphone panitia terjadi juga di beberapa tempat.
“kita mendapat laporan beberapa penyelenggara hpnya di hack. Bahkan watchdoc diretas IGnya. Juga beberapa penyelenggara yang lain, hpnya do hack. Ini bukan pekerjaan satu orang ini sistem (Kerjasama),” pungkasnya.
Penulis: Kanzun