(IslamToday ID) – Penyidik senior KPK Novel Baswedan mengaku sudah meminta hasil tes wawasan kebangsaan (TWK) kepada pimpinan KPK dan pihak terkait, namun tidak diberikan.
Bukan hanya Novel, pegawai lembaga antirasuah yang lain pun sudah meminta hasil TWK yang membebastugaskan 75 pegawai karena tidak lulus tes tersebut.
“Hasil assesment TWK sudah diminta oleh beberapa pegawai KPK tapi tidak diberikan, malah membuat stigma seolah tidak bisa dibina,” kata Novel dalam akun Twitter-nya seperti dikutip dari Liputan 6, Sabtu (12/6/2021).
Ia menaruh curiga apa yang disembunyikan dari TWK tersebut. Menurut Novel, jika tidak ada yang janggal dalam proses TWK tersebut, kenapa saat dirinya dan pegawai lain meminta hasil tersebut tak diberikan.
“Hal ini makin menampakkan adanya niat yang tidak baik. Kalau tesnya jujur, kenapa hasil TWK harus disembunyikan?” kata Novel heran.
Sebelumnya, eks Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) Sujanarko menyindir sikap Ketua KPK Firli Bahuri yang tak memenuhi panggilan Komnas HAM terkait dugaan pelanggaran HAM dalam proses TWK.
“Katanya Pancasilais, masa dipanggil resmi lembaga negara tidak berani datang,” ujar Sujanarko, Selasa (8/6/2021).
Ia meminta Firli Bahuri selaku pimpinan di lembaga penegak hukum untuk memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dan memenuhi panggilan resmi Komnas HAM. “Saya yakin Firli paham ini. Jadi Firli jangan takut, ini panggilan biasa saja kok,” kata Sujanarko.
Ia kemudian menyindir Firli yang berani mengabaikan perintah Presiden Jokowi terkait polemik TWK. Diketahui Jokowi meminta pimpinan KPK dan pihak terkait tidak menjadikan TWK sebagai alasan memberhentikan 75 pegawai KPK.
Jokowi juga meminta pimpinan KPK dan pihak terkait menjalankan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) atas uji materi UU KPK. Dalam putusannya, MK meminta agar alih status pegawai menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) tak merugikan para pegawai.
“Firli harus berani (datangi Komnas HAM) seperti (berani) saat mengabaikan perintah presiden. Dipanggil Dewas saja datang kok, masa dipanggil Komnas HAM tidak berani datang,” pungkas Sujanarko. [wip]