IslamToday ID—Sekretaris Kementerian BUMN 2005-2010 Muhammad Said Didu, menilai pelatihan kilat komisaris BUMN adalah hal yang sangat aneh. Menurutnya hal ini membuktikan bahwa BUMN diisi oleh komisaris yang tidak kompeten.
Pernyataan ini dilontarkan Said Didu saat menyoroti wacana Erick Thohir yang akan menyelenggarakan pelatihan kilat Komisaris di perusahaan BUMN.
Dengan adanya kursus kilat BUMN ini, Said Didu menduga bahwa komisaris yang dipilih oleh Erick Thohir adalah orang yang tidak memiliki kompetensi serta keahlian untuk menjabat komisaris. Hal ini sekaligus membuktikan adanya faktor balas jasa dibalik pengangkatan komisaris di perusahaan plat merah.
“saya pikir ini penegasan menteri BUMN bahwa dia mengangkat komisaris dan direksi selama ini tidak berbasis pada kompetensi tapi berbasis pada faktor lain kesukaan ataukah balas jasa,” ujar Said Didu dalam wawancara darling di kanal Youtubenya, Senin (14/06/2021).
Pak Erick Thohir kelihatannya sudah mengakui secara terbuka bahwa direksi dan komisaris yang kami angkat selama ini adalah kompetensinya tidak maksimum sehingga butuh pelatihan,” katanya
Said Didu berpendapat, seorang calon komisaris seharusnya sudah memiliki kompetensi yang tinggi dan mumpuni untuk memimpin perusahaan. Bukan diberikan pelatihan terlebih dahulu agar memiliki kompetensi.
“Jadi kalau ada pihak yang mengangkat komisaris atau direksi yang kompetensinya masih perlu pelatihan artinya dia memang bahwa memang bukan kompetensi terbaik,” kata Said Didu
Pelatihan Tidak Efesien
Tak hanya itu, menurut Said Didu kursus kilat ini tak efisien. Pasalnya, seseorang tidak bisa langsung menguasai keahlian tertentu secara kilat. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang komisaris dibutuhkan orang yang kompeten, dan menguasai bidangnya.
“Biasanya komisaris tuh yang paling penting umpamanya adalah harus ada kompetensi di bidang hukum ada kompetensi dibidang korporasi ada yang kompetensi bidang good governance dan biasanya ada kompetensi untuk melakukan lobi-lobi internasional, lobi-lobi yang tinggi dan ada juga kompetensi sebagai simbol bahwa BUMN ini bersih. Maka perlu ditempatkan orang yang bersih di situ yang bisa melawan intervensi,”tutur Said Didu.
Ia menilai Erick Thohir memilih komisaris bukan berdasarkan dari kompetensi yang dibutuhkan perusahaan. Erick lebih terlihat mencari-cari alasan untuk menghalalkan pengangkatan komisaris yang tidak kompeten.
“Apalagi kalau hanya menyatakan ( Erick Thohir) yang penting punya kompetensi, atau dicari-cari kan kompetensi bahwa dianggap kompeten. Kita kasih contoh, kembali lagi kepada komisaris PT Telkom, setelah diangkat dicari-cari apa namanya penjelasan bahwa dia punya kompetensi konten padahal kita tes, kita cek bahwa dia tidak pernah bikin konten,” tuturnya,
Baja Juga: Deretan Pendukung Jokowi Jadi Komisaris BUMN
Memanfaatkan BUMN
Said Didu juga mengkhawatirkan apa yang tengah terjadi dalam tubuh PT Telkom Indonesia (Persero), dimana para petingginya adalah orang-orang yang berasal dari faktor kedekatan dengan pemerintahan. Ia khawatir perusahaan ini akan dimanfaatkan oleh oligarki untuk membalas jasa.
“Saya melihat bahwa komisaris yang ada sekarang itu yang saya lihat dari 9 itu yang punya kompetensi sesuai dengan PT Telkom mungkin hanya 4 orang. Di luar itu adalah menurut saya adalah karena ‘penempatan’ saja. Saya nggak usah menyebutkan itu ada politisi ada apa namanya ada Tim sukses ya, jadi saya lihat ada 5 orang itu balas jasa, 4 hanya 4 yang memang masih bisa dipertimbangkan bahwa ada manfaatnya di Telkom,” jelasnya,
“Yang lain saya pikir adalah bisa memanfaatkan Telkom. Padahal komisaris adalah orang yang ada manfaatnya bagi perusahaan Bukan untuk memanfaatkan perusahaan untuk kepentingnya dia,” pungkasnya
Penulis Kanzun