(IslamToday ID) – Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi menilai mendikotomikan partai nasionalis dan partai Islam adalah sesuatu yang salah. Penyebutan itu seolah-olah melabeli bahwa partai Islam tidak nasionalis.
“Ini kan tidak fair, seolah-olah kalau Islam itu tidak nasionalis. Padahal kalau kita buka sejarah, nasionalisme itu dibangun dari pesantren. Kita ingat gerakan-gerakan perlawanan terhadap penjajah itu dimotori Islam. Jadi Islam di Indonesia itu sudah pasti nasionalis,” ungkap Adhie saat berdiskusi di sebuah acara yang dimoderatori Refly Harun, Kamis (1/7/2021).
Ia mencontohkan gerakan perlawanan terhadap penjajah Sekutu di Jawa Timur pada 10 November. Perlawanan itu dimotori oleh para kiai di pondok pesantren yang mayoritas NU di Jawa Timur. “Jadi sekali lagi nasionalisme itu dibangun dari pesantren,” ujar Adhie.
Ia mengusulkan sebaiknya penyebutan partai nasionalis itu diganti menjadi partai sekuler. Ia menyebut sejumlah partai yang dilabeli partai nasionalis seperti Golkar, PDIP, dan Demokrat.
“Lha itulah yang harus dijelaskan bahwa partai nasionalis itu partai sekuler, sebut saja partai sekuler, karena Islam juga nasionalis. Kita hanya tidak mau menyebutnya sekuler aja dan (memilih) menyebutnya nasionalis. Jadi sebutan ini harus diubah, ini partai sekuler ini partai agama,” ungkapnya.
Adhie kemudian memberikan contoh tidak nasionalisnya partai yang katanya nasionalis. Ia menyebut ketika PDIP berkuasa setelah menggulingkan Gus Dur, malah menjual aset-aset BUMN. Kemudian ketika Golkar berkuasa pada era Orde Baru juga menjual sumber daya alam pada asing. “Lha ini dimana letak nasionalisnya?” ujarnya.
Adhie juga menyinggung dua partai Islam yang lahir karena ditopang oleh ormas Islam besar, yakni PKB dengan NU-nya dan PAN dengan Muhammadiyah-nya. Dua partai itu didirikan salah satu tujuannya adalah agar partai tetap bisa menjaga etika dan moral dalam berpolitik karena ditopang oleh ormas keagamaan.
“Diharapkan kedua partai ini menjadi motor reformasi dengan basis keagamaan yang kuat, etika yang kuat, moral yang kuat. Tapi faktanya kedua partai ini berantakan pasca reformasi karena masing-masing pernah terlibat korupsi,” ungkap Adhie.
Penyebabnya, ia mengatakan, karena faktor kepemimpinan. “Saat Gus Dur masih di PKB tidak ada masalah, tapi ketika (Gus Dur) disingkirkan, Amien Rais disingkirkan dari PAN, maka partai-partai ini tidak memiliki komando,” pungkas Adhie. [wip]