(IslamToday ID) – Eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyinggung sejumlah kasus terpapar Covid-19 padahal sudah disuntik vaksin. Menurutnya, vaksin bukan jaminan orang tidak terpapar virus corona.
Ia menjelaskan, vaksin memang tidak menjamin seseorang bisa bebas dari Covid-19. Namun, vaksin menurutnya bisa memperingan dampak penyakit Covid-19 itu sendiri.
“Dan kalau sekarang, mudah-mudahan, yang sudah divaksin itu tidak fatal kalau kena penyakitnya,” kata Siti seperti dikutip dari Realita TV, Sabtu (3/7/2021).
Hal itu, menurutnya, sudah dibuktikan oleh banyak pihak. Ia lantas mengambil contoh sejumlah tenaga kesehatan di Kudus, yang tak fatal usai kena Covid-19 lantaran mereka semua sudah divaksin.
“Kebanyakan yang kena itu kan juga banyak yang sudah vaksin. Dan mudah-mudahan yang sudah divaksin itu tidak fatal kalau kena penyakitnya. Berapa banyak nakes (tenaga kesehatan) di Kudus itu, atau di mana itu, nakesnya sembuh semua, tidak ada yang meninggal. Mudah-mudahan yang sudah divaksin kalau kena Covid tidak akan sangat parah,” kata Siti.
Ia juga menyinggung soal lonjakan pasien Covid-19 yang meroket belakangan. Menurutnya, sebenarnya hal itu sudah bisa diantisipasi jauh-jauh hari. Salah satunya ketika melakukan tracing.
Menurut Siti, dari sana akan ketahuan berapa kira-kira terjadi peningkatan kasus. Termasuk penyiapan fasilitas untuk menampung pasien.
“Sebetulnya pada waktu tracing, harus diperkirakan yang positif itu kira-kira 20 persen, nah apakah bisa nampung andaikan kasus sedang ke berat itu sekian persen,” katanya.
“Itu sebenarnya bisa dihitung, jadi pada waktu di-tracing sebenarnya sudah bisa ketahuan, apakah akan bertambah. Apakah rumah sakitnya cukup atau tidak,” tambah Siti.
Semua tentu harus melibatkan ahli-ahli statistik yang dimiliki oleh Satgas Penanganan Covid-19 di Indonesia. Sebab, para tim statistik sudah bisa memperkirakan dan menghitung itu.
PPKM Darurat Sudah Tepat
Siti menyebut langkah pemerintah untuk menerapkan PPKM Darurat saat ini dianggap sudah tepat. Hanya daerah tertentu saja yang di-lockdown, sementara yang lain bisa beraktivitas, namun dengan protokol kesehatan yang disiplin.
Sedangkan lockdown, katanya, tidak tepat karena hanya akan membuat hancur republik ini.
“Kalau lockdown nanti hancur semua kita, mana negara yang berhasil dengan lockdown? Yang ada semi lockdown bisa berhasil, kalau lockdown total kecuali negara itu kaya raya banget mungkin bisa,” katanya.
Ketua RT, menurutnya, adalah pengawas paling hebat untuk mengawasi warganya di skema PPKM Darurat. Daya jangkaunya cepat karena bisa lebih awal mendeteksi tetangganya yang sakit. Sehingga dapat dengan cepat melakukan tindakan dan antisipasi.
“Percayalah, jangan ikuti mereka 100 persen. Ambil saja yang sesuai, yang tidak jangan diambil, lockdown tidak sesuai,” pungkasnya. [wip]