(IslamToday ID) – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi meminta pasien Covid-19 yang bergejala sedang dan berat harus dibawa ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya meskipun penuh.
Hal itu merespons tingginya kasus kematian penderita Covid-19 saat isolasi mandiri (isoman) di rumah. Seperti diketahui, LaporCovid-19 mengungkap sebanyak 547 pasien Covid-19 meninggal dunia saat melakukan isoman per Rabu (14/7/2021).
Siti Nadia menduga kasus kematian saat isoman terjadi karena pasien dengan gejala berat memaksakan diri untuk isoman ketimbang mencari RS untuk perawatan.
“Kalau gejala berat harus dirawat di RS atau puskesmas, memang tidak bisa dilakukan isoman. Walau penuh kita tetap lebih baik ke fasyankes. Iya (harus) antre,” kata Siti Nadia seperti dikutip dari CNN Indonesia, Rabu (14/7/2021).
Kabid Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander K Ginting juga menyarankan hal serupa. Ia menyebut pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan berat lebih baik ke RS meskipun harus menunggu di parkiran atau di halaman.
Ia menduga banyak pasien dengan gejala berat masih isoman karena menganggap RS tidak lebih nyaman dibandingkan rumah.
“Memang (RS) penuh, tapi di halaman parkirnya kan banyak tenda-tenda. Jadi artinya dalam situasi seperti ini, kita enggak perlu pulang ke rumah hanya gara-gara membayangkan di rumah itu lebih nyaman gitu ya,” ucapnya.
Alex mengatakan, meskipun di RS penuh dan tidak nyaman, setidaknya pasien akan mendapat giliran perawatan. Selain itu, di RS juga banyak fasilitas kesehatan yang sewaktu-waktu dibutuhkan ketika terjadi perburukan.
“Kendati pun di UGD pun enggak nyaman, ataupun tenda darurat yang dipasang nggak nyaman, tapi kita kan sudah dibantu dengan oksigenasi, sudah dibantu dengan bantuan cairan infus, sudah mendapat obat antivirus. Kalau di rumah kan nggak dapat,” ucapnya.
“Memang tidak secepat tugas paranormal. Kalau dalam paranormal kan langsung cepat. Tapi karena banyak yang datang, banyak yang diurus, semuanya punya tahapan. Tapi paling tidak sudah direspons,” imbuhnya.
Sementara itu, kelompok relawan LaporCovid-19 mengungkap sebanyak 547 pasien Covid-19 meninggal dunia saat melakukan isoman per Rabu (14/7/2021). Rinciannya, 209 orang yang meninggal ketika isoman di Jawa Barat. Kemudian 104 orang meninggal di DIY, 65 orang di Banten, 63 orang di Jawa Timur, 51 orang di DKI, dan 36 orang di Jawa Tengah.
LaporCovid-19 menyusun data tersebut berdasarkan laporan warga, informasi di media sosial, dan berita di media massa. Lembaga itu menegaskan data ini tak mencerminkan data waktu langsung atau real time.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengakui sebagian besar pasien Covid-19 di Jawa Barat menjalani isolasi mandiri. Ia menyebut 70.000 dari 89.000 pasien Covid-19 di Jawa Barat menjalani isolasi mandiri.
Ia juga menyoroti tingginya angka kematian saat isolasi mandiri. Ia memerintahkan jajaran di daerah untuk memperketat pengawasan.
“Saya perintahkan saat rapat, walikota dan bupati melakukan pengecekan melalui RT/RW, Bhabinkamtibmas agar mengecek warga yang isoman itu membaik kondisinya atau memburuk. Jangan sampai baru paham ada warga yang meninggal di rumah,” kata Emil, Senin (12/7/2021). [wip]