IslamToday ID — Prof. Ari Kuncoro, Rektor Universitas Indonesia (UI) ini menjadi sorotan publik dalam beberapa pekan terakhir. Mencuatnya nama Ari Kuncoro membuka tabir adanya ‘main mata’ antara pimpinan perguruan tinggi dengan istana.
Nama Ari Kuncoro pertama kali mencuat usai pemanggilan pengurus Badan Esekitif Mahasiswa ( BEM ) UI. Sembilan pengurus BEM UI dan seorang pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa UI dipanggil atas kritik yang mereka tujukan pada Presiden Jokowi.
Kritikan berupa meme sederhana dengan judul ‘The King of Lips Servis’ rupanya membuat panas sejumlah pihak. Pihak kampus bahkan menilai kritik mereka melanggar aturan.
Pemanggilan ini berdampak panjang. BEM UI mengantongi simpati dan dukungan berbagai kalangan. Disamping itu, aksi pemanggilan ini membuka tabir pelanggran statua UI yang dilakukan Ari Kuncoro,sang rektor UI. Terungkap tabir bahwa Ari Kuncoro ternyata pernah merangkap jabatan sebagai komisaris Bank BNI. Setelah itu ikut duduk di kursi empuk BUMN sebagai wakil komisaris Bank BRI.
Bola panas berbalik pada Ari Kuncoro, karena dianggap melanggar statute UI. Dalam kemelut ini Ari tetap diam. Sebaliknya, reaksi justru muncul dari istana. Ditengah kemelut, pemerintah justru meneken Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2021 tentang Statuta Universitas Indonesia. Salah satu aturan yang tertulis memperbolehkan rangkap jabatan bagi pimpinan universitas di perusahaan Badan Usaha Milik Negara.
Dan hal ini seolah mengartikan Ari Kuncoro itu ‘layak diselamatkan’ dibandingkan menyelamatkan UI yang sudah cacat kebebasan berpendapatnya.
“Lebih penting menyelamatkan Prof. Ari Kuncoro ketimbang memajukan UI. Luar biasa Presiden @jokowi,” ujar Alumni UI sekaligus juga Ekonom senior Faisal Basri dalam cuitannya, Selasa, 20 Juli 2021
Munculnya revisi statute UI membuat kondisi semakin gaduh. Muncul beragam spekulasi jika Presiden Jokowi memiliki hutang budi pada ‘Sang Rektor UI’ .
Ketika bola panas melebar ke istana, Ari Kuncoro mengambil sikap. Ia mundur dari jabatannya sebagai wakil komisaris Bank BRI. Namun mundurnya Ari Kuncoro dari perusahaan BUMN dinilai tidak menyelesaikan masalah.
Keberadaan Ari Kuncoro yang tetap menjadi rektor UI justru dinilai sebagai alarm bahaya. Faisal Basri kahwatir UI akan menjadi kampus di bawah bayang-bayang pemerintahan. Bahkan dikhawatirkan, ia akan melakukan represi terselubung terhadap civitas akademika untuk tidak mengkritik pemerintah.
“Dia punya otoritas yang eksesif untuk menciptakan ini. Masih menjadi duri itu, melihat perilakunya selama ini apa-apa panggil ,apa-apa telepon kepada pihak-pihak yang melakukan kritik sosial,” kata Faisal Basri
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Faisal Basri mengungkapkan, sejak Ari Kuncoro menjadi Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI, UI sudah tidak lagi dapat menyuarakan pendapatnya.
Dosen-dosen di FEB pun mengalami pemanggilan serta teguran ketika menyuarakan kritik kepada pemerintah. Bahkan pembungkaman itu masih terus berlanjut walaupun Ari Kuncoro sudah tidak menjadi Dekan FEB UI.
“Pejabat-pejabat di FE UI itu telpon saya atau WA saya. Satu ada yang telpon, tidak usah saya sebut namanya, bilang: Bang Fasial waktu Ketua Jurusan pernah direpresi gak?” ungkapnya
Padahal menurutnya UI merupakan salah satu universitas ternama di Indonesia. Bahkan dalam ingatannya sejak tahun 1978 UI dikenal sebagai kampus yang menjunjung kebebasan berpendapat.
Penulis Kanzun / Arief