IslamToday ID — Wabah Covid-19 memberikan pengaruh besar terhadap psikososial di Indonesia, banyak hoax atau berita bohong yang bertebaran di media sosial.
Terkait hal tersebut Pengurus Bidang Dakwah at Majelis Ilmuwan dan Ulama Muda Indonesia (MIUM) ustadz Ir. Nanung Danar Dono menyebutkan berita hoax yang beredar tentu akan membuat masyarakat kebingungan.
Pasalnya, masyarakat tidak dapat membedakan mana informasi yang benar atau hoax. Sehingga warga akan menganggap semua informasi yang didapatkan dari media sosial adalah sebuah informasi yang valid.
“Masyarakat jadi bingung karena mensejajarkan hoax dengan data yang valid,” katanya dalam sebuah video
Salah satu contohnya adalah, kabar bahwa pasien sakit bila datang ke rumah sakit akan didiagnosis terinfeksi covid-19. Kabar ini masih banyak warga yang mempercayainya. Padahal untuk mendiagnosis seseorang terkena covid-19 atau tidak perlu analisis seorang dokter dan perlu menggunakan alat PCR.
“salah satu alat yang dipakai untuk menentukan seseorang covid atau tidak Itu adalah PCR. jika seseorang dicek dengan swap missal di hidung, kemudian di sampel ini ada urutan DNA yang spesifik sama dengan Corona.maka fix dia kena corona,” ucap ustad Nanung.
“Bukan dicovidkan memang pemerintah menetapkan bahwa kalau orang itu sakit covid maka biaya gratis itu kalau tidak bayarnya mahal sekali,” tambahnya.
Tak hanya itu, informasi selanjutnya adalah terkait vaksinasi. Dimana dikatakan bila seseorang melakukan vaksin maka akan meninggal dalam 2 tahun. Serta informasi keraguan halal vaksinAsrtazeneca.
Ustad Nanung mengaku heran atas berita yang beredar. Menurutnya, berita yang beredar ini tak memiliki kebenaran.
“Ada beberapa mubaliz yang sebenarnya tidak paham mengenai vaksin, itu mengeluarkan info-info yang tidak benar tentang vaksin, ada yang mengatakan ini konspirasi ada yang mengatakan ini nanti 2 tahun sudah divaksin meninggal, ada yang mengatakan ini isinya babi, padahal yang menuliskan bukan ahli vaksin bukan Dokter,” ujarnya.
“Kita lihat berapa orang yang sudah divaksin dan berapa yang meninggal ternyata tidak tidak ada yang meninggal gara-gara vaksin,” lanjut Ustad Nanung.
Cara Crosschek
Ustad Nanung pun memberikan masukan kepada masyarakat untuk mengecek ulang berita yang didapatkan dari media sosial. Bila berita yang diterima adalah berita bohong, tentu akan ada dampak yang sangat mempengaruhi bila masyarakat mempercayainya.
“Mohon ketika ada berita heboh kita tabayun, karena tabayun itu bukan bukan nasehat ulama , itu perintah Allah, kewajiban untuk kroscek untuk dobelcheck. Kalau kita tidak kita ikuti itu ,maka kita menjadi galau jadi bingung karena kita terlanjur percaya berita yang bohong,”jelas ustad Nanung.
Oleh karena itu, ia membagikan tips untuk mengecek kevalidasi sebuah berita. Pertama, dengan mengetik 3 sampai 4 kata kunci dari informasi yang beredar. Kemudian, bisa dilihat sumber-sumber yang muncul dari kata kunci tersebut.
Bila terdapat banyak sumber yang memberitakan terkait kata kunci yang dimasukan, maka berita tersebut adalah sebuah kebenaran.
“ Bila kemudian tidak ada keterangan bisa jadi itu benar ( benar hoax ). Oleh karena itu jangan jangan lagi kita mudah diombang-ambingkan Informasi yang tidak jelas . yang kemudian kita ragu-ragu,” tutupnya.
Penulis Kanzun